This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

TIPS PENTING FAKTOR PENYEBAB ASITES PADA BURUNG PUYUH

TIPS PENTING FAKTOR PENYEBAB ASITES
PADA BURUNG PUYUH PETELUR

Asites pada burung puyuh merupakan timbunan cairan limfe dalam ruang peritoneum (rongga dalam perut) yang menimbulkan abdomen (perut) burung puyuh membesar. Asites menjadi kompleks akibat berbagai macam faktor, sebenarnya Asites bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat faktor pendukungnya. Faktor-faktor tersebut meliputi genetik, lingkungan, nutrisi dan manajemen. Asites sendiri memiliki sebutan lain, seperti Pulmonary Arterial Hypertension (PAH) Syndrome atau Pulmonary Hypertension Syndrome (PHS).
Secara Genetik, para ahli menyebutkan bahwa peternakan burung puyuh terutama pejantan, telah diseleksi secara ketat untuk dapat tumbuh cepat dengan nilai Feed Conversion Ratio (FCR) rendah yang justru mendukung timbulnya Asites. Berbeda dengan burung puyuh yang masih memiliki FCR tinggi dan daya tumbuh lambat, potensi mengalami asites lebih rendah. Pertumbuhan yang cepat membutuhkan metabolisme yang tinggi dan itu menuntut kebutuhan oksigen yang tinggi pula. Jika kebutuhan oksigen tidak tercapai dalam darah akan memacu terbentuknya asites. Kemampuan penerimaan oksigen oleh tubuh dipengaruhi oleh kemampuan jantung dalam memompa aliran darah ke pulmo. Parameter genetik yang dapat dilihat yaitu ukuran jantung (berat ventrikel kanan terhadap berat keseluruhan ventrikel) dengan kapasitas pulmo dalam pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Tidak seperti pada mamalia, pulmo pada broiler membatasi kapasitas vaskulernya, sehingga rentan terjadi pulmonary hypertension. Jika jantung mengalirkan lebih banyak darah, vaskuler dalam pulmo akan membesar, namun kemampuan pertukaran O2 dengan CO2 menjadi lebih rendah menyebabkan darah yang keluar dari pulmo mengandung sedikit O2 (hypoxemia) dan banyak CO2 (hypercapnia), sehingga memacu terjadinya pulmonary hypertension.
Penimbunan cairan sering ditemui dalam rongga ventral hepato-peritoneal, kantung perikardium, dan rongga dalam peritonium intestinal. Metabolisme broiler yang lebih cepat menyebabkan kerja jantung lebih berat, sehingga menimbulkan hipertrofi (ukuran sel membesar) ventrikel kanan, dilatasi (pelebaran ruang ventrikel) dan kegagalan ventrikel kanan (right ventricular failure/RVF). RVF dapat meningkatkan tekanan vena di jalur keluar duktus thorakalis yang dapat mengganggu drainase limfe menuju vena cava.

Dibandingkan dengan mamalia, unggas memiliki konsentrasi protein plasma yang rendah. Pada DOC jumlah protein plasma dan albumin plasma lebih rendah daripada ayam dewasa, namun berbeda dengan kasus asites. Protein plasma menurun akibat dari RVF yang mengakibatkan perubahan pada oncotic pressure (mirip dengan osmotik tetapi memiliki efek koloidal). Oncotic pressure adalah sebuah tekanan osmotik oleh protein, terutama albumin. Dalam plasma darah, oncotic pressure akan menarik keluar air dari sirkulasi. Akibat dari kenaikan tekanan intravaskular tersebut akan tampak lebih jelas pada hati karena sistem sinusoidnya mempermudah protein dalam darah untuk berpenetrasi keluar sirkulasi. Letak hati yang berada di rongga perut menimbulkan oedema (kebengkakan akibat timbunan cairan) hati yang memudahkan terbentuknya asites.

Faktor nutrisi juga berperan dalam pembentukan asites. Pertumbuhan broiler yang cepat berkaitan erat dengan nutrisi yang diterimanya dan cara pemberiannya. Disebutkan kembali oleh Julian (1993), kejadian asites dapat dikurangi jika menurunkan pertumbuhan broiler. Pemberian jumlah pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan ayam akan mempercepat metabolismenya, sehingga perlu dibatasi. Pembatasan jumlah pakan akan menurunkan pertumbuhan ayam, sehingga kejadian asites menurun, namun di sisi lain juga akan berefek pada penurunan nutrisi, pigmentasi dan massa otot. Menurunkan konsentrasi nutrisi juga menurunkan pertumbuhan ayam. Tetapi jika nutrisi dalam pakan imbang dengan energi yang dibutuhkan ayam, maka efek dari kekurangan nutrisi pada pertumbuhan ayam tidak akan terjadi. Bentuk pakan yang diberikan dalam bentuk pelet cenderung lebih berpotensi menimbulkan asites karena mudah dimakan dan dicerna serta mengandung protein tinggi. Protein yang dipecah oleh tubuh membutuhkan oksigen dalam jumlah besar, sehingga jumlah protein yang tinggi dalam tubuh harus dipecah oleh oksigen untuk dijadikan energi dan mengeluarkan hasil metabolismenya. Jika oksigen banyak digunakan untuk metabolisme protein, maka sel-sel di organ lain akan mengalami hipoksia yang dapat memicu timbulnya asites.
Kondisi pulmo dapat menurun akibat infeksi E. coli maupun Aspergillus sp. karena adanya kerusakan di berbagai jaringan pulmo. Kapasitas pulmo yang terbatas akan semakin menurunkan jumlah oksigen yang dapat terdistribusi akibat infeksi tersebut diikuti dengan gagal jantung karena terjadi hipertropi dan dilatasi ventrikel. Gagal jantung tersebut menimbulkan gangguan drainase limfe sehingga cairan dari pembuluh darah sulit kembali melalui pembuluh limfe dan terbentuklah akumulasi cairan dalam peritoneum/asites. Agen infeksi lain dapat berupa mikotoksin, Clostridium perfringens maupun tumor yang menyerang hati.

Gejala klinis dari asites dapat berupa depresi, kurang lincah/lamban, malas bergerak, sulit bernafas, perut menggembung, gelisah, bulu kasar, sianosis (warna kebiruan) pada kulit daerah kepala, jengger mengerut, kulit abdomen tampak kemerahan hingga kecoklatan dan dapat terjadi kematian mendadak. Akumulasi cairan dalam abdomen dapat berwarna jernih/transparan, kekuningan/kecoklatan, maupun bercampur dengan fibrin. Pada kejadian infeksius, cairan asites dapat berwarna keruh abu-abu hingga kehijau-hijauan dan berbau busuk. Sedangkan pada kasus non-infeksius, cairan berwarna jernih dan tidak berbau.
Gambaran patologi anatomi kasus asites tampak pada hati yang membengkak, tertutup oleh fibrin keabu-abuan, dapat terlihat irregular (tidak beraturan) karena mengerut, terdapat noduler dan mengeras. Perubahan yang terjadi pada jantung berupa hidroperikardium, terkadang perikarditis, dapat pula pericardium yang melekat pada jantung.

Asites yang terjadi pada DOC atau pada minggu pertama merupakan akibat dari kesalahan manajemen hatchery. Bahadoran et.al. (2010) menyebutkan bahwa telur menetas lebih cepat pada kondisi karbondioksida lebih tinggi dari normal di dalam hatchery. Selain itu, letak hatchery pada dataran tinggi juga membuat telur cepat menetas dan memiliki tingkat kejadian asites lebih rendah daripada letak hatchery di dataran rendah. Pertukaran O2 dan CO2 memiliki peran penting dalam pembentukan embrio selama inkubasi. Dalam keadaan hipoksia, konsentrasi kortikosteroid juga meningkat. Kortikosteroid berfungsi dalam merubah bentuk allantoic ke respirasi pulmonary dan berperan dalam lamanya proses inkubasi. Kortikosteroid diperlukan untuk perubahan T4 ke T3 selama prenatal. T3 yang hadir lebih awal akan membuat penetasan lebih awal. Hipoksia dapat terjadi pada telur akibat dari perubahan tekanan oksigen dan karbondioksida dalam telur dengan ruangan inkubasi, terutama selama akhir masa inkubasi. Efek dari CO2 yang meningkat akan menurunkan pH albumen sehingga memecah membran chalaziferous yang mengakibatkan lama inkubasi menurun. Dalam hal ini, kondisi hipoksia yang terjadi selama masa embrionik mampu mengontrol tegangan permukaan cairan di pulmonary dan meningkatkan pertukaran gas sehingga menurunkan kerentanan terhadap pulmonary hypertension dan asites.

Jika asites muncul pada umur minggu kedua dapat diakibatkan oleh kegagalan manajemen brooding karena ayam kedinginan dan kekurangan oksigen. Bila hal tersebut terjadi, maka segera lakukan pemeriksaan terhadap brooder (alat pemanas), kualitas sekam, aliran udara dan kepadatan. Perhatikan pula keadaan cuaca dan  masa brooding turut menjadi faktor yang ikut berperan untuk kesiapan tubuh ayam dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Sebisa mungkin hindari adanya kontaminasi dari Aspergillus sp. dan infeksi akibat bakterial sedini mungkin agar kerugian peternak tidak terlalu besar. Hal utama dari penanggulangan asites yaitu pengendalian dan pencegahan, sedangkan untuk pengobatan tidak ada yang spesifik. Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri. 

Demikian Penjelasan singkat tentang Asites Yang sering terjadi pada budidaya burung puyuh petelur,  ini semoga bermanfaat

Saung Ternak Indonesia
Hanief Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person


Sumber Referensi : 
https://temanc.rakarsa.com/berita/faktor-penyebab-asites-pada-ayam
Bahadoran, S., Hassanzadeh, M., dan Zamanimoghaddam, A. 2010. Effect of hronic hypoxia during the early stage of incubation on prenatal and postnatal parameters related to ascites syndrome in broiler chickens. Iranian Journal of Veterinary Research, Shiraz University, Vol. 11, No. 1, Ser. No. 30.
Julian, Richard D. 1990. The Influence of Genetics on Right Heart Failure and Ascites in Poultry caused by The Pulmonary Hypertension Syndrome. Presented at The National Breeders Roundtable. 1993. Ascites in Poultry. Avian Pathology 22, 419-454.
Tarmudji. 2005. Asites pada Ayam Pedaging. WARTAZOA Vol. 15 No. I.
Wideman, R.F., Rhoads, D. D., Erf, G. F. dan Anthony, N. B. 2013. Pulmonary arterial hypertension (ascites syndrome) in broiler: A review. Departemenr of Poultry Science, and Department of Biological Sciences, University of Arkansas.

PRODUK GRIYO TANI INDONESIA

PRODUK GRIYO TANI INDONESIA

Extra 99 Plus
Deskripsi Produk

Probiotik Extra 99 Plus 
Merupakan Suplemen atau Vitamin Alami yang terbuat dari bahan alami yang berkualitas tinggi, OHN sangat cocok di aplikasikan pada ternak jenis Petelur maupun Pedaging 
Komposisi : 
Bahan Herbal+Madu+Air
Dosis : 10ml/Liter 
Sedia Dalam Kemasan : 1 Liter 5 Liter 10 Liter 30 Liter
​Harga : Rp. 30.000 Order Sekarang 

Dekomposer Extra 88
Deskripsi Produk



Dekomposer Extra 88
Menciptakan kondisi Kandang yang lebih sehat, karena mineralisasi oleh Mikroba, Mengurangi bau kotoran burung puyuh, Mengurangi jumlah populasi lalat, sehingga feces menjadi kering.
Cara Aplikasi :
5-10 ml Dekomposer Extra 88 + molases/tetes tebu 5-10ml tambah   air 1 liter
kocok hingga tercampur rata semprotkan ke alas untuk menampung feces burung puyuh.
ulangi perlakuan tiap 3 hari sekali atau saat kandungan amoniak tinggi.
Kemasan 1 Liter 5 Liter 10 Liter
​Harga : Rp. 140.000 Order Sekarang

Desinfektan Jadam Sulfur
Deskripsi Produk





Jadam Sulfur
Jadam Sulfur – adalah Fungisida dan Bakterisida Bio Mineral Sulfur sebagai pencegah dan pengendali OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), lengkap dan sempurna, yang dapat dipergunakan untuk berbagai jenis tanaman hias, tanaman dalam pekarangan, dan tanaman budidaya. juga dapat digunakan sebagai Desinfeksi Kandang
Cara Aplikasi :
10 ml Jadam Sulfur + JWA 5-10ml tambah   air 1 liter
kocok hingga tercampur rata semprotkan ke alas untuk menampung feces burung puyuh.
ulangi perlakuan tiap 3 hari sekali atau saat kandungan amoniak tinggi.
Kemasan 500 ml
​Harga : Rp. 25.000 Order Sekarang

Jadam Wetting Agent
Deskripsi Produk







Jadam Wetting Agent - adalah Surfaktan dan pengemulsi alami yang dapat ditambahkan saat Program Penyemprotan atau Program pemupukan daun mingguan pada tanaman Anda. JWA Ini akan membantu dalam penetrasi keseluruhan, cakupan, dan efektivitas zat yang digunakan dalam Program Penyemprotan atau Program pemupukan daun mingguan Anda.
Cara Aplikasi :
10 ml Jadam Sulfur + JWA 5-10ml tambah   air 1 liter
Kocok hingga tercampur rata semprotkan ke alas untuk menampung feces burung puyuh.
ulangi perlakuan tiap 3 hari sekali atau saat kandungan amoniak tinggi.
Kemasan 500 ml
​Harga : Rp. 25.000 Order Sekarang

CAUSES OF PROLAPSE PADA BUDIDAYA BURUNG PUYUH

CAUSES OF PROLAPSE PADA BUDIDAYA BURUNG PUYUH


Pernahkah anda bagian anus (tempat keluarnya telur/kotoran) melihat ayam petelur keluar setelah ayam bertelur? Berdasarkan pengamatan saya, hampir sebagian peternak ayam petelur bisa dipastikan pernah menjumpainya.  Kejadian semacam itu disebut prolapsus. Apa penyebabnya dan bagaimana menanganinya?

Prolapsus adalah keluarnya saluran telur dari anus/kloaka yang tidak segera tertarik masuk kembali. Hal tersebur terjadi karena tidak lancarnya pengeluaran telur, yang bisa disebabkan oleh adanya peradangan pada saluran telur atau melemahnya otot-otot saluran reproduksi. Ayam yang prolapsus harus secepatnya dipisahkan dari kandang dan ditempatkan tersendiri. Apabila tidak segera dipisahkan, maka ayam lain di sampingnya akan mematuki anusnya yang keluar sehingga menyebabkan pendarahan dan infeksi, yang pada akhirnya mengakibatkan kematian. Disamping itu, apabila terinfeksi bakteri, prolapsus dapat mengakibatkan peradangan selaput rongga perut  atau egg peritonitis.

Kerugian
Ayam yang terkena prolapsus tentu saja akan meyebabkan ayam berhenti berproduksi (baik permanen ataupun sementara). Kondisi ini semakin diperparah jika terjadi infeksi pada organ ayam keluar sehingga bisa mengakibatkan kematian. Ada beberapa kasus dilapangan bahwa kejadian prolapsus yang tidak ditangani secara cepat dapa memicu terjadinya kanibalisme. Dengan demikian, secara ekonomis tentu sangat merugikan.

Gejala Awal

Pengamatan terhadap prolapsus harus rutin dilakukan peternak. Dengan demikian, peternak harus mengetahui gejala awal terjadinya prolapsus. Gejala awal prolapsus biasanya ditandai dengan adanya lumuran darah pada kerabang telur. Kondisi ini mengindikasikan adanya pendarahan pada saluran reproduksi. Kasus ini banyak terjadi pada pullet muda yang dipaksa bertelur terlalu dini, atau stimulasi kematangan seksual terlalu dini sebelum kedewasaan tubuhnya tercapai. Biasanya dengan pemberian vitamin penstimulan telur atau pemberian pakan layer yang terlalu dini.
Kejadian prolapsus bukan disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, strain ayam tertentu, namun lebih merupakan kesalahan management (miss management), terutama pada periode growing dan pre-laying (13-18 minggu). Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya prolapsus pada peternakan ayam petelur, antara lain:

1.    Pemberian stimulasi cahaya (photostimulasi) yang terlalu dini

Cahaya diperlukan ayam petelur untuk menstimulasi kedewasaan kelamin. Penambahan pencahayaan diperlukan untuk membantu mempercepat ayam berproduksi. Namun, penambahan pencahayan hendaknya jangan terlalu dini. Penambahan pencahayaan hendaknya dilakukan saat organ reproduksinya benar-benar siap. Ayam yang mendapatkan penambahan cahaya sebelum organ reproduksinya benar-benar siap, cenderung mudah mengalami prolapsus, karena organ reproduksinya belum sempurna. Umumnya, penambahan cahaya mulai dilakukan saat pullet memasuki umur 18 minggu. Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap setiap minggu ½-1 jam tiap minggunya. Ayam memerlukan cahaya sekitar 16 jam tiap harinya.

2.    Ayam yang terlalu gemuk atau terlalu kurus.

Kondisi ayam yang terlalu gemuk, secara umum perototannya lebih lemah dan cenderung bertelur lebih besar. Lemak yang terlalu banyak disekitar organ reproduksi juga menghambat proses peneluran. Namun, di sisi lain, ayam yang terlalu kurus (berdasarkan standar strain) biasanya mendapatkan perlakuan yang sama dalam satu kandang/flock, termasuk stimulasi cahaya dan perlakuan pakan. Akibatnya kelompok ayam ini cenderung dipaksa bertelur sebelum organ reproduksinya siap.

3.    Kandungan nutrisi pakan yang tidak seimbang.

Nutrisi pakan digunakan antara lain dibutuhkan ayam untuk hidup pokok, produksi dan memelihara kesehatan. Ketidakseimbangan unsur nutrisi tentunya akan mengakibatkan berbagai masalah pada ayam seperti produksi yang tidak optimal, penyakit, maupun gangguan produksi lainya seperti prolapsus.

Salah satu nutrisi yang diperlukan ayam adalah kalsium. Kalsium dalam tubuh, selain berfungsi untuk pembentukan tulang dan kerabang, juga berfungsi dalam perkembangan perototan. Perkembangan perototan yang jelek akan berakibat pada terhambatnya proses penarikan kembali oviduct yang keluar pada saat ayam bertelur. Semakin lama dan panjang saluran oviduct yang keluar, semakin besar kemungkinan dipatuk oleh ayam lain, dan dapat menimbulkan kerusakan yang permanen. Dengan demikian, perlu dievaluasi kandungan calcium pakan yang dapat diserap oleh ayam.

4.    Usia reproduksi.

Prolaps cenderung lebih sering terjadi pada awal produksi, puncak produksi (HD) dan puncak egg mass, karena pada kondisi ini dituntut tingkat metabolism yang tinggi.

5.    Telur double yolk (kuning telur ganda).

Double yolk mengakibatkan telur ayam berukuran terlalu besar. Ukuran telur yang ekstra besar meregangkan dan melemahkan otot kloaka. Lemahnya otot kloaka akan memperlama oviduct untuk berada di luar tubuh.


Pencegahan dan Penanganan

Penanganan kejadian prolapsus dipeternakan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada management pemeliharaan. Untuk menurunkan kejadian prolapsus perlu dilakukan secara hati-hati, karena berkaitan dengan factor lain yang mungkin kontra produktif. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

Pencegahan:

a.    Pemberian cahaya tambahan (photostimulasi) harus dilakukan pada saat ayam telah mencapai berat badan dan umur yang direkomendasikan oleh masing-masing strain. Pencahayaan untuk masa layer sebaiknya diberikan selama 16 jam, yaitu12 jam dari sinar matahari dan 4 jam dari cahaya lampu dengan intensitas 20-40 lux.
b.     Diperlukan ransum pakan yang seimbang untuk mempertahankan produksi telur dan menjaga berat badan pada tingkat yang direkomendasikan. Berikan ransum dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam, terutama kandungan energi metabolisme dan protein (asam amino) untuk setiap periodenya. Pada periode grower lebih rendah dibanding pada pemeliharaan periode starter dan layer.
c.    Intensitas cahaya di kandang, perlu diperhatikan. Pertimbangkan untuk mengurangi intensitas cahaya dengan mengganti lampu dengan daya yang lebih rendah jika terjadi kejadian prolapsus.
d.    Cegah terjadinya doulbe yolk dengan memberikan pakan sesuai rekomendasi dari tiap-tiap starin. Jika tingkat double yolk cukup tinggi (4% atau lebih) batasi feed intake secara perlahan, 5-10%, dibawah kemampuan makannya.
e.    Segera pisahkan ayam yang kanibal dari kelompoknya karena ayam seperti ini akan sangat agresif mematuk jika terjadi prolapsus.
f.     Pertimbangkan untuk menggunakan lampu warna merah dengan daya yang rendah, agar ayam tidak bisa membedakan warna darah.
g.    Lakukan kontrol bobot badan secara rutin dan ketat mulai pada masa pullet, setidaknya 1 minggu sekali dengan jumlah sampel minimal 100 ekor per kandang. Bobot badan pullet dikatakan sesuai standar jika ± 10% dari standar bobot badan yang dikeluarkan breeder (manual guide). Selain bobot badan, keseragaman bobot badan juga harus diperhatikan. Keseragaman yang baik yaitu lebih dari 80%. Saat bobot badan ayam tidak sesuai standar, maka perlu segera dilakukan treatment (penanganan) sehingga bobot badan bisa sesuai dengan standar kembali.
h.    Jaga kondisi farm agar nyaman untuk pemeliharaan ayam, seperti tersedianya ventilasi udara yang cukup agar sirkulasi udara lancar sehingga kandang tidak terlalu panas/pengap. Selain itu, agar oksigen tersedia dalam jumlah cukup. Hindari juga hal-hal yang menyebabkan ayam stres agar BB ayam tetap konsisten sesuai standar

Penanganan :

a.    Culling atau afkir ayam yang telah mengalami kasus prolapsus tersebut, karena sudah tidak produktif lagiAyam yang telah mengalami prolapsus, segera dipisahkan dari kelompoknya. Berikan antiseptic pada daerah yang terluka, kemudian dengan menggunakan jari tangan, secara perlahan-lahan dorong saluran oviduct yang keluar agar kembali ke posisinya.

b.    Jika umur ayam masih dalam kategori produktif, seleksi ayam-ayam dengan berat badan melebihi standar. Tinjau formulasi ransum atau kurangi jumlah pemberian ransum

Demikian Penjelasan singkat tentang Causes Of Prolaps,  ini semoga bermanfaat

Saung Ternak Mandiri
Hanief Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person

CARA MUDAH MEMBUAT PROBIOTIK TERNAK

Cara Membuat Probiotik Ternak

Probiotik sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan dan kinerja unggas telah menghasilkan minat yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Kekuatan pendorong untuk kepentingan probiotik adalah untuk menghilangkan penggunaan antibiotik dosis rendah dalam produksi unggas. Penggunaan antibiotik yang ekstensif pada unggas dengan tujuan meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan efisiensi konversi pakan dan untuk pencegahan infeksi usus telah menyebabkan ketidakseimbangan flora usus yang menguntungkan dan munculnya bakteri resisten. Dengan meningkatnya kekhawatiran tentang resistensi antibiotik, ada peningkatan minat dalam menemukan alternatif untuk antibiotik untuk produksi unggas. Untuk menghindari bahaya kesehatan dari obat anti mikroba seperti antibiotik untuk manusia dan juga unggas, Probiotik telah digunakan sebagai pengganti potensial untuk antibiotik dan terbukti disimpan dalam sistem produksi unggas. Peningkatan perhatian terhadap suplementasi probiotik ini telah menghasilkan banyak penelitian di masa kini. Namun, masih ada banyak perdebatan dalam literatur ilmiah mengenai efek signifikan probiotik pada respon imun terhadap patogen spesifik dan kinerja pertumbuhan pada unggas. Memperhatikan respons dan kinerja kekebalan eksperimental, ulasan ini memberikan ringkasan penggunaan probiotik untuk pencegahan penyakit menular pada unggas, serta menunjukkan potensi peran probiotik dalam kinerja pertumbuhan dan respons kekebalan unggas, dengan kritis evaluasi hasil yang diperoleh sampai saat ini. Secara kolektif penelitian ini menemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa suplementasi probiotik dapat berdampak pada respon imun, kesehatan keseluruhan dan kinerja unggas.
Selama beberapa dekade terakhir, antibiotik telah banyak digunakan dalam industri perunggasan untuk mendorong pertumbuhan. Selain itu, penggunaan antibiotik secara luas memiliki kemungkinan untuk menghasilkan bakteri resisten antibiotik dalam produk hewani Penggunaan antibiotik sebagai promotor pertumbuhan hewan dalam ransum hewan telah dilarang atau dibatasi penggunaannya di banyak negara Tantangan besar untuk produksi unggas komersial adalah ketersediaan pakan berkualitas baik dengan biaya minimum secara berkelanjutan. Pakan adalah komponen utama dari total biaya produksi dalam industri perunggasan.
Produksi unggas komersial berada di antara sumber protein hewani tertinggi dan peningkatan ukuran industri perunggasan lebih cepat daripada industri hewan penghasil makanan lainnya. Masalah pengendalian infeksi enterik yang disebabkan oleh bakteri patogen tanpa menggunakan antibiotik menjadi tantangan Kematian yang disebabkan oleh infeksi adalah masalah besar dalam industri perunggasan. 
Infeksi tersebut bertanggung jawab untuk mengurangi tingkat pertumbuhan dan kerugian ekonomi. Antibiotik adalah alat utama yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi tersebut pada unggas. Selain itu, antibiotik juga ditambahkan pada pakan sebagai penggerak pertumbuhan dan untuk mempercepat pertumbuhan hewan yang sehat. Sayangnya, penggunaan jangka panjang dan ekstensif antibiotik untuk tujuan veteriner akhirnya dapat menghasilkan seleksi untuk kelangsungan hidup spesies bakteri resisten atau strain Mengingat meningkatnya kekhawatiran tentang kehilangan luas pada unggas karena masalah gastro-intestinal dalam usus ayam dan penerapan undang-undang yang ketat untuk menggunakan obat sintetis atau antibiotik berbahaya, menciptakan permintaan sumber daya pengendalian penyakit alternatif untuk meningkatkan kesehatan usus dan untuk mengurangi penggunaan AGP Kegunaan agen antimikroba sebagai tindakan pencegahan telah dipertanyakan, mengingat dokumentasi yang luas tentang evolusi resistensi antimikroba di antara bakteri patogen dan kekhawatiran tentang efek samping penggunaannya sebagai agen terapeutik telah menghasilkan iklim di mana baik konsumen dan produsen berada mencari alternatif Probiotik sedang dipertimbangkan untuk mengisi celah ini dan telah digunakan sebagai pengganti potensial untuk antibiotik pada unggas 

Ulasan ini bertujuan menyoroti probiotik sebagai pengganti antibiotik yang dapat meningkatkan kinerja, memodulasi mikroflora usus dan menghasilkan kekebalan yang melindungi ayam dari infeksi mikroba.

Contoh khas Probiotik: Probiotik adalah bahan makanan / pakan mikroba hidup yang memiliki efek menguntungkan pada kesehatan yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme bermanfaat dan mengurangi jumlah patogen, sehingga meningkatkan keseimbangan mikroba usus inang dan menurunkan risiko gastro penyakit usus Probiotik didefinisikan sebagai budaya mikroorganisme hidup yang bila diterapkan pada hewan, secara menguntungkan mempengaruhi inang dengan meningkatkan sifat-sifat mikro-biota asli. Probiotik adalah kultur mikroorganisme hidup mono atau campuran, yang menginduksi efek menguntungkan pada inang dengan meningkatkan sifat mikroflora asli Kultur bakteri yang terbunuh serta metabolit bakteri telah dimasukkan dalam definisi probiotik Pakan unggas yang mengandung mikroba probiotik semakin banyak dipertimbangkan sebagai suplemen pakan dalam diet unggas. Bakteri adalah yang paling umum digunakan sebagai probiotik daripada jamur. Dua genera bakteri sering dilaporkan termasuk bakteri asam laktat dari genus Lactobacllus dan Bifidobacterium Bakteri lain yang telah dilaporkan digunakan, meskipun pada tingkat yang lebih rendah pada probiotik unggas dan hewan termasuk Bacillus , Enterococcus , Streptococcus , Lactococcus , Pediococcus , Saccharomyces cerevisiae dan Toulopsis sphaerica dll. Selain itu, berbagai jamur obat termasuk jamur dan ragi telah digunakan sebagai probiotik potensial pada hewan ternak termasuk unggas
Cara kerja probiotik meliputi; pengecualian kompetitif antagonisme mikroba dan modulasi imun

Efek probiotik pada kinerja pertumbuhan dan efisiensi konsumsi pakan: Dimasukkannya mikroba basa langsung Bacillus dapat meningkatkan berat badan, pertambahan bobot badan, dan konsumsi pakan dalam ayam pedaging bila dibandingkan dengan kelompok kontrol Mikroba umpan langsung berbahan dasar Bacillus amyloliquefaciens (DFM) menunjukkan kenaikan berat badan, konsumsi pakan, dan peningkatan kecernaan bahan kering (DM), protein kasar (CP) dan energi kotor (GE) yang lebih baik daripada kontrol dan bisa menjadi alternatif untuk pemacu pertumbuhan antibiotik dalam diet broiler Penelitian ini lebih lanjut menunjukkan bahwa DFM berbasis Bacillus amyloliquefaciens meningkatkan struktur usus dan menghasilkan permukaan penyerapan yang lebih besar, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi villus dan tinggi villus untuk crypt rasio kedalaman di segmen usus kecil yang berbeda dibandingkan dengan diet kontrol bebas promotor pertumbuhan antibiotik . Selain itu, Jayaraman et al melaporkan bahwa dimasukkannya Bacillus subtilis dalam diet ayam pedaging menyebabkan tinggi villus yang lebih baik dan tinggi villus ke crypt depth ratio yang terkait dengan penyerapan nutrisi yang lebih baik. Suplementasi makanan dengan probiotik yang mengandung Enterococcus faecium dilaporkan sebagai peningkatan retensi nutrisi dan pengurangan ekskresi nutrisi, yang mengarah pada peningkatan kecernaan nutrisi dan mengurangi emisi ammonia ekskreta pada ayam petelur Ayam broiler yang diberi makan Bacillus subtilis , memiliki kenaikan berat badan yang lebih besar (BWG) daripada yang diberi makan dengan diet kontrol dilaporkan oleh Hosseindoust et al Suplementasi direct-fed microbials (DFM) sebagai probiotik yang mengandung campuran Lactobacillus reuteri , Bacillus subtilis dan Saccharomyces cerevisiae secara signifikan meningkatkan pertambahan berat badan broiler selama 0-21 hari. Asupan pakan berkurang, sedangkan konversi pakan meningkat secara signifikan ketika burung diberi makan DFM pada usia 0-7 hari Probiotik diet secara signifikan meningkatkan asupan pakan dan pertambahan berat pada fase starter hanya dilaporkan oleh Cengiz et al Peningkatan asupan pakan dan konsumsi air dicatat pada ayam petelur yang diberi pakan kultur campuran probiotik cair (LPMC) yang mengandung dua jenis mikroorganisme, Lactobacillus dan spesies Bacillus Zhang dan Kim melaporkan peningkatan berat badan dan FI pada ayam yang diberi probiotik multistrain dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi diet basal. Peningkatan berat badan yang signifikan pada ayam pedaging yang diberi probiotik Lactobacillus , Bifidobacterium , Coliforms dan Clostridium sp. dilaporkan oleh Song et al Abdel-Raheem et al melaporkan bahwa berat badan secara signifikan lebih tinggi dicatat pada ayam broiler yang menerima probiotik. Mansoub melaporkan peningkatan yang signifikan dalam berat badan ayam pedaging yang diberi makan Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei . Suplementasi probiotik ( Saccharomyces cervisiae ) pada ayam pedaging, pada level 1.2 dan 3 2% telah secara signifikan meningkatkan kenaikan berat badan, konsumsi pakan dan efisiensi konversi pakan Dalam beberapa penelitian, mikroba makan langsung berbasis- Bacillus dilaporkan memiliki efek menguntungkan pada pertumbuhan hewan dan unggas dan efisiensi konversi pakan
Sebaliknya probiotik makanan tidak berpengaruh signifikan terhadap berat badan hidup, konsumsi pakan dan rasio konversi pakan Injeksi bakteri probiotik terutama B. subtilis ke dalam cairan ketuban tidak berpengaruh pada kinerja pertumbuhan ayam broiler Jerzsele et al melaporkan tidak ada pengaruh mikroba yang diberi makan langsung sebagai probiotik pada kinerja ayam pedaging. Hasil dari penelitian oleh Babazadeh et al menunjukkan bahwa probiotik tidak memiliki efek positif yang signifikan terhadap asupan pakan, berat badan dan rasio konversi pakan (FCR) pada ayam pedaging. Hassanein dan Soliman melaporkan nilai FI dari kelompok perlakuan berbeda kurang lebih sama dan kurang signifikan dengan kawanan lapisan yang diberi makan dengan Saccharomyces cerevisiae . Ramasamy et al melaporkan bahwa suplementasi kultur probiotik Lactobacillus tidak mempengaruhi asupan pakan, produksi telur atau massa telur ayam selama periode 48 minggu. Konsumsi pakan dan pertambahan berat badan tidak dipengaruhi oleh suplementasi probiotik.

Efek Probiotik pada produksi telur : 
Suplementasi probiotik menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam produksi telur, ketebalan cangkang telur dan kecernaan nutrisi ( bahan kering nitrogen dan energi ) pada unggas petelur. Produksi HEN/hari tertinggi dan berat telur dalam lapisan yang ditambah dengan kultur campuran probiotik yang mengandung dua jenis mikroorganisme, spesies Lactobacillus dan Bacillus dilaporkan bahwa unggas petelur yang diberi probiotik secara signifikan meningkatkan total asam lemak tak jenuh total kuning telur, total omega 6 dan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), termasuk asam linoleat dan alfa-linolenat serta secara signifikan menurunkan kolesterol kuning telur, total asam lemak jenuh s bila dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan kadar asam lemak esensial (EFA) (asam linoleat dan asam alfa-linolenat) dapat ditingkatkan melalui suplementasi dengan probiotik. Dalam penelitian selanjutnya, menentukan kemanjuBacillus subtilis dan inulin, secara individu atau dalam kombinasi. Hasil penelitian menunjukkan efek menguntungkan dari suplementasi diet dengan probiotik (0,10%), inulin (0,10%) atau simbiotik pada kinerja telur, kualitas kulit telur dan retensi kalsium pada ayam tua. Makanan Pediococcus acidilactici sebagai suplemen probiotik tidak secara signifikan mempengaruhi berat badan, asupan pakan dan produksi telur ayam tetapi peningkatan berat telur, ketebalan kulit telur, berat kulit telur, berat relatif kulit telur dan berat jenis telur dan meningkatkan rasio efisiensi pakan per kilogram telur Selain itu, Hassanein dan Soliman menunjukkan bahwa produksi telur yang signifikan lebih tinggi dicatat pada lapisan Hyline ditambah dengan probiotik Saccharomyces cerevisiae . Selain itu, dalam beberapa penelitian, ayam petelur yang diberi makan dengan probiotik menemukan produksi telur yang lebih besar, berat telur dan ketebalan kulit telur yang lebih tinggi daripada ayam yang memberi makan diet tanpa probiotik

Sebaliknya probiotik makanan tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi telur dan massa telur tetapi efek signifikan dicatat pada berat telur Tidak ada peningkatan yang signifikan dalam produksi telur dan berat telur unggas yang dilengkapi dengan probiotik mengandung Lactobacillus acidophilus Efek positif probiotik pada parameter kualitas kulit telur tidak diamati pada unggas petelur yang diberi Probiotik ditambah dengan dinding sel ragi Kualitas Albumen sering diukur terutama untuk menilai kesegaran telur. Unit Haugh adalah unit yang paling umum digunakan untuk mengukur kualitas telur albumen. 

Pengaruh Probiotik Pada Mikroflora Usus Unggas :
Bahwa probiotik yang mengandung kultur Lactobacillus dapat mengendalikan populasi patogen dan mengubah flora gastrointestinal. Dalam penelitian terbaru menyatakan bahwa injeksi bakteri probiotik khususnya B. subtilis ke dalam cairan ketuban memiliki efek menguntungkan pada ekspresi gen ileal MUC2 dan populasi bakteri selama minggu pertama pasca penetasan pada ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strain probiotik menurunkan populasi Escherichia coli secara signifikan dan meningkatkan populasi bakteri asam laktat selama minggu pertama paska penetasan. Park et al melaporkan bahwa suplementasi probiotik ( Enterococcus faecium DSM 7134) menghasilkan pengurangan jumlah coliform fecal yang signifikan dibandingkan dengan kontrol. Lei et al menemukan bahwa inklusi makanan dari mikroba makan langsung (DFM) menurunkan populasi Escherichia coli dalam sekum pada hari ke 21 dan 42 bersamaan dengan populasi Lactobacillus yang meningkat pada kelompok DFM dibandingkan dengan kelompok kontrol dan antibiotik. Latorre et al melaporkan bahwa ayam yang diberi makan Bacillus -DFM menunjukkan penurunan yang signifikan dalam jumlah bakteri Gram-negatif dan anaerob dalam kandungan duodenum dibandingkan dengan kontrol. Populasi Lactobacillus spp. pada ampela secara signifikan lebih tinggi dalam diet probiotik yang mengandung Bacillius subtilis dibandingkan dengan kontrol Salim et al menyatakan bahwa suplementasi makanan pada DFM mengurangi jumlah E. coli dan meningkatkan morfologi ileum ayam broiler. Suplementasi makanan dari probiotik meningkatkan jumlah Lactobacillus ekskreta dan menurunkan jumlah Escherichia coli dibandingkan dengan ayam yang diberi makan diet tanpa probiotik Probiotik ( Bacillus subtilis C-3102) secara signifikan meningkatkan jumlah Lactobacillus di sekum, ileum dan ekskreta, serta mengurangi jumlah Escherichia coli di sekum dan ekskreta, dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, suplementasi probiotik juga cenderung mengurangi jumlah Clostridium perfringens di usus besar dan ekskreta, sementara secara linier mengurangi jumlah Salmonella dalam sekum, ileum, usus besar dan ekskreta, dibandingkan dengan kontrol Lourenco et al menunjukkan bahwa pemberian Bacillus subtilis menurunkan populasi Salmonella secara signifikan dalam usus broiler. Saluran pencernaan ayam bebas dari mikroorganisme sebelum menetas; Penempatan awal bakteri menguntungkan dalam usus dapat mempersiapkan kondisi yang cocok untuk membangun mikroflora normal dan meningkatkan kualitas dan kesehatan usus Lee et al menyatakan bahwa dibutuhkan 2-4 minggu untuk konsorsium mikroba yang stabil dalam usus ayam. Selama periode kolonisasi mikroba pada saluran pencernaan ayam (GIT) ini, anak-anak ayam terpapar pada risiko dijajah oleh organisme patogen ketika kekebalan mereka rendah. Mikroorganisme patogen yang umumnya dikaitkan dengan penyakit unggas yang menyebabkan kerugian ekonomi adalah protozoa Eimeria yang menyebabkan koksidiosis dan bakteri berikut Salmonella , E. coli , Streptococcus , Clostridium perfringens, dll. Infeksi mikroba telah mengakibatkan penurunan berat badan anak ayam, kematian, produksi telur dan daging yang buruk. Di sisi lain, ketika GIT ayam menjadi dijajah oleh mikroba menguntungkan, itu mempengaruhi penyerapan nutrisi dan vitamin, peningkatan kinerja, pencegahan reaksi inflamasi. Terlihat bahwa penambahan probiotik pada ransum ayam broiler meningkatkan kecernaan nutrisi dan meningkatkan komposisi mikroflora caecal Ada sekitar bakteri CFU g pencernaan usus dan melalui studi molekuler mengidentifikasi 640 spesies milik 140 genera dan keanekaragaman flora mikroba ayam GIT tergantung pada beberapa faktor termasuk komposisi makanan, usia ayam, berkembang biak, lokasi geografis dan bagian spesifik GIT seperti usus kecil, ileum, sekum Pada saat jatuh tempo, GIT ayam cukup beragam yang sebagian besar terdiri dari bakteri dan pada tingkat lebih rendah protozoa dan jamur. Spesies probiotik yang termasuk Lactobacillus
Streptococcus , Bacillus , Bifidobacteriu Enterococcus Aspergillus Candida dan Saccharomyces memiliki efek menguntungkan pada modulasi mikroflora usus dan penghambatan patogen pada unggas Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa memberi makan ayam pedaging dan unggas lapis den
Sedangkan Bahan yang di gunakan :
Extra 99 Plus

1 Daun Kelor 2 Kg
2 Daung Sirih 2.5 Kg
3 Daun Pepaya 2 Kg
4 Sereh Wangi 2 Ikat
5 Daun insulin 2 Kg
6 Kayu Manis 1 Kg
7 Adas Wangi ½ Kg
8 Jinten ½ Kg
9 Kunyit 20 Kg
10 Jahe Emprit 5 Kg
11 Temulawak 10 Kg
12 Temuireng 5 Kg
13 Bawang Putih 1 Kg
14 Lengkuas 1 Kg
15 Brotowali 5 Kg
16 Sambiloto 2 Kg
Enzim
1 Buah Nanas 2 Kg
2 Buah Alpukat 2 Kg
3 Buah Pepaya 2 Kg
4 Umbi Jalar 2 Kg
5 Asam Jawa 2 Kg
6 Madu Pait 1 Liter
Akar Akaran
1 Akar Kacang Tanah 1 Kg
2 Akar Bambu 1 Kg
3 Akar Enceng Gondok 1 Kg
Starter
1 Ragi Tempe 2 Bungkus
2 LAB 2 Liter
3 FAA 10 Liter
4 Air Kelapa 200 Liter
5 Air Bersih 300 Liter
6 Molase 3 Liter
7 EM4 2 Liter

Cara Membuat :
Cuci bersih semua bahan lalu giling sampai benar-benar halus, tambahkan air Bersih lalu saring  proses ini sampai hasil saringan jernih. Rebus air hasil saringan tambahkan bahan nomor 6, 15 dan 16 setelah mendidih saring lagi kedalam Reaktor Degister
Selanjutnya masukkan semua bahan yang lain Fermentasi selama 2 minggu

Baca Juga : Cara Membuat LAB

Untuk Cara Membuat Enzim akan kita bahas pada artikel berikutnya.
Dosis Pemakaian 15 ml/liter
1 Minggu 2 atau 3 kali
Saya rasa sampai di sini pembaca bisa menyimpulkan spesifikasi bakteri Apa saja yang bisa kita gunakan untuk membuat Probiotik ternak.
Mungkin kalau pembaca ada yang ingin di tanyakan bisa langsung komentar
Atau chat langsung dengan Admin

Saung Ternak Mandiri
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person

SCHEMA PEMURNIAN DUA BREEDER BERBEDA

SCHEMA 
PEMURNIAN DUA BREEDER BERBEDA


Sebelum melihat Sekema Persilangan ini yang perlu saya jelaskan adalah :
Skema ini hampir sama dengan yang satu Breeder hanya yang berbeda adalah ini menggabungkan lebih dari satu breeder dengan Jalan di murnikan terlebih dulu baru di Cross Breed
Keuntungan dari Skema ini kita akan mendapatkan sifat sifat unggul dari macam macam Breeder dalam satu Populasi.

Sedangkan kelemahan Skema ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan dibutuhkan ketelitian dalam melakukan persilangan di setiap generasi .jika kesalahan di lakukan atau terjadi kesalahan dalam dalam memasangkan maka akan berakibat set back/ mulai dari awal lagi.

Hasil akhir dari Pemurnian ini adalah sama, jadi untuk memperbanyak kita hanya perlu mengawinkan masing-masing dari kedua kelompok tersebut. Skema pada artikel ini juga bisa untuk menyilangkan 4 breeder yang berbeda sekaligus Contoh misalnya : Breeder A diambil jantan nya. Breeder B diambil Betina-Nya. Breeder C Jantan dan Breeder D Betina. 

Perhatikan Anakan yang di hasilkan harus sesuai dengan karakter induknya. 
Skema ini juga bisa digunakan untuk membuat Burung Puyuh jenis baru/Hebrid misalnya Puyuh petelur vs Puyuh Pedaging mungkin akan menghasilkan Puyuh yang pertumbuhan-Nya lebih cepat dari Jenis puyuh yang lain.

Urutan pemurnian bagian skema untuk menghasilkan Galur Murni haruslah simetris beraturan bila anda mendapatkan jalur yang menyimpang itu patut di pertanyakan hasil akhir-Nya yang di peroleh.

Pengertian Pemuliaan Ternak
Pemuliaan merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Belanda: veredeling; Inggris: breeding) merupakan kegiatan manusia dalam memelihara tumbuhan atau hewan untuk menjaga kemurnian galur atau ras sekaligus memperbaiki produksi atau kualitasnya. Dalam kegiatannya, pemuliaan sejak abad ke-20 menerapkan banyak prinsip dan metode genetika serta ilmu-ilmu turunannya .

Pemuliaan tidak persis sama dengan penangkaran. Dalam penangkaran, kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk menghasilkan keturunan tanpa disertai dengan usaha memperbaiki populasi. Suatu program pemuliaan pasti mencakup aspek penangkaran, tetapi bukan sebaliknya. Penangkaran dilakukan dengan tujuan menjaga kemurnian suatu galur, ras, atau kultivar, serta dalam menjaga kelestarian populasi hewan dan tumbuhan yang terancam punah di alam liar. Praktisi pemuliaan dan penangkaran masing-masing disebut sebagai pemulia dan penangkar.

Baca Juga : Belajar Terntang Persilangan Hewan Ternak

Berdasar denotasi dan konotasi ilmu, pemuliaan ternak adalah suatu cabang ilmu biologi, genetika terapan dan metode untuk peningkatan atau perbaikan genetik ternak. Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik. Mutu genetik adalah kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara.

Pemunculannya disebut performans atau sehari-hari disebut sebagai produksi dan reproduksi ternak, contohnya antara lain produksi susu, telur, daging, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih dan jumlah anak sepelahiran. Kemampuan genetik ternak, dapat juga disebut kemampuan bereproduksi dan berproduksi, tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditaksir. 

Prinsip dasar pemuliaan ternak mengajarkan bahwa kemampuan genetik di wariskan dari tetua ke anak, secara acak. Diartikan bahwa tidak ada dua anak, apa lagi lebih yang memiliki kemampuan yang persis sama kecuali pada kasus monozygote identical twin (dua anak berasal dari satu sel telur). Kemampuan tersebut selanjutnya akan dimunculkan dalam bentuk produksi yang terukur di bawah faktor lingkungan yang tertentu.

Kemampuan genetik tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai lingkaran kecil yang terletak di dalam lingkaran yang lebih besar. Lingkaran yang lebih besar adalah gambaran pemunculan kemampuan genetik di bawah lingkungan seluas daerah antara dua lingkaran tersebut. Apabila lingkaran lingkungan kita perbesar pemunculan kemampuan genetik tidak akan dapat melampaui batas lingkaran besar. Hal ini disebabkan pemunculan kemampuan genetik itu ada batasnya, yang dikontrol oleh banyak faktor. Setiap individu memiliki gambaran lingkaran kecil dan besar yang berbeda. Kalau faktor kontrol tersebut tidak ada maka seekor kelinci akan dapat dibesarkan menjadi seekor sapi. Tidak demikian yang dimaksud dengan kemampuan genetik. Kalau lingkaran lingkaràn kita kecilkan, maka pemunculan kemampuan genetik akan ikut mengecil.

Pada penerapan pemuliaan ternak hal yang pertama dikatakan pemborosan sedang peristiwa kedua dikatakan kebodohan. Masalah yang dihadapi dalam penerapan pemuliaan ternak, bagaimana dapat mengurangi pemborosan dan tidak menjalankan kebodohan. Masalah selanjutnya, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan untuk memunculkan kemampuan genetik tersebut ?

Apa yang dapat dilakukan ada dua hal, yakni mengontrol pewarisan kemampuan genetik melalui seleksi dan sistem perkawinan. Selanjutnya diikuti dengan penyediaan faktor lingkungan yang sesuai sampai tingkat yang sebaik mungkin dan masih menguntungkan secara ekonomis. Apa yang tidak mungkin dilakukan adalah memunculkan kemampuan genetik di luar batas yang dimungkinkan. 

Pemuliaan ternak dapat ditinjau sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur-unsur pengamatan, percobaan, definisi, penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya. Selanjutnya metode tersebut juga membutuhkan langkah-langkah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil. Oleh karena itu pengembangan pemuliaan ternak memerlukan penelitian dan penerapan hasil penelitian yang berkelanjutan. Siapapun yang tertarik akan meningkatkan peranan dan pemanfaatan pemuliaan ternak harus mulai dengan mendalami dasar dan prinsip teori genetika terapan dan melanjutkan dengan penelitian serta penerapan hasil penelitiannya. 

Sejarah Singkat Perkembangan Pemuliaan Ternak
Dalam berbagai kepustakaan dapat ditelusuri bahwa pemuliaan ternak dikembangkan mulai tahun 1760 dan dilaksanakan oleh Robert Bakewell di Inggris. Pengembangan dimulai dengan ternak kuda, domba dan sapi. Keberhasilannya terletak pada tiga hal, yaitu pertama, dia telah menetapkan sasaran yang dia inginkan misal mendapatkan sapi potong yang berbentuk pendek dan cepat dewasa yang waktu itu belum ada. Kedua, dia tidak menjual ternak jantan tetapi meminjamkannya kepada peternak lain dan peminjam mengembalikannya apabila pejantan tersebut mewariskan mutu genetik yang baik. Ketiga, membiakkan ternak yang baik dengan yang baik, tanpa menghiraukan hubungan kekerabatan yang ada. Sebagai akibatnya sering dilaksanakan perkawinan silang dalam yakni perkawinan antar saudara. Silang dalam tersebut mengarah dihasilkannya trah yang relatif murni, meskipun tanpa diikuti pencatatan.

Metode Backewell ditiru secara luas dan mulai ditetapkan syarat-syarat trah. Trah yang relatip murni tersebut dibawa ke Amerika, kemudian dibiakkan murni dan disilangkan dengan rumpun lokal. Asosiasi trah mulai dibentuk pada periode 1870 - 1900, mempunyai andil besar dalam pengembangan pemuliaan ternak atau perbaikan genetik ternak. Periode ini ditandai dengan pengembangan buku registrasi untuk menjamin kemurnian trah diikuti dengan semangat kompetitif oleh berbagai asosiasi trah. Terjadilah penyisihan ternak berdasar kemurnian trah sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh asosiasi meskipun belum berdasar pada keunggulan genetik. Namun tetap diakui bahwa sumbangan asosiasi tersebut sangat besar terhadap perkembangan peternakan di Amerika.

Periode setelah asosiasi trah adalah pengembangan inseminasi buatan (IB). Spallanzani pada tahun 1780 melaksanakan IB pada anjing, kemudian pada 1899 di Rusia dikembangkan pada ternak dan mulai 1930 di coba di Eropa. Inseminasi buatan pada sapi perah di mulai 1938 oleh Perry di New Jersey Dairy Extension Service. Ide lB menyebar ibarat seganas api dan banyak dibentuk organisasi atau kelompok IB. 

Periode setelah 1971 keberhasilan IB mulai dilaporkan oleh Departemen Pertanian Amerika. Dilaporkan bahwa IB telah digunakan pada 8643.089 ekor sapi, 3620 pejantan digunakan untuk menginseminasi rata-rata 3620 ekor sapi betina (7 juta lebih sapi perah dan 1 juta lebih sapi pedaging). Pada tahun 1971 penggunaan semen beku mulai didaftar. Sampai 1987 Program lB telah dilaporkan dapat membantu meningkatkan efektivitas penerapan pemuliaan ternak dengan seleksi dan sistem perkawinan.

Manfaat Pemuliaan Ternak
Pemuliaan ternak (animal breeding) merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari aplikasi cara-cara meningkatkan mutu genetik ternak. Pada usaha peternakan, sebaik apapun pengelolaan (management) dan pakan (feeding) yang diberikan kepada ternak, tetapi bila mutu genetik ternak rendah, maka produktivitas yang diperoleh tidak akan optimal. Dua prinsip dasar untuk meningkatkan mutu genetik ternak, adalah dengan melakukan program pemuliaan melalui yaitu sistem seleksi dan perkawinan (selection and mating systems). 

Seleksi dapat menyebabkan perubahan keragaman genetik, tergantung dari cara seleksi yang digunakan. Seleksi  pada ternak  bertujuan mengubah frekuensi gen dari suatu populasi ternak. Seleksi secara langsung mengakibatkan ragam genetik berkurang sampai tercapainya keadaan konstan pada suatu generasi tertentu. Dengan seleksi terarah suatu sifat yang dikehendaki maka mutu genetik dapat ditingkatkan.

Perkawinan silang atau persilangan merupakan jalan pintas untuk memperoleh individu-individu yang memiliki sejumlah sifat unggul yang dipunyai oleh kedua bangsa tetuanya. Seperti diketahui, apa yang diharapkan dari persilangan adalah adanya efek heterosis dalam beberapa sifat produksi sehingga melebihi rataan kedua bangsa tetuanya. Metoda kawin silang digunakan untuk memperoleh individu yang memiliki sifat produksi unggul dalam waktu singkat.

Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli. Karena itu, upaya seleksi dapat dianggap sebagai pilihan yang baik dan rasional. Perbaikan mutu genetik biasanya bersifat permanen dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. 

Ruang Lingkup Ilmu Pemuliaan Ternak Meliputi : 
  • Peranan Ggenetika, karena genetika merupakan disiplin ilmu yang mendasari perkembangan dan aplikasi pemuliaan ternak. 
  • Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif pada ternak untuk menggambarkan sifat-sifat produksi ternak pada populasi tertentu. 
  • Parameter genetik yang penting yaitu: heritabilitas, repitabilitas dan  korelasi genetik beberapa sifat ternak. 
  • Pendugaan nilai pemuliaan ternak
  • Seleksi pada ternak secara umum
Dasar sistem perkawinan pada ternak secara umum, yaitu perkawinan antar ternak yang berkerabat dan tidak berkerabat, Istilah-Istilah Dalam Pemuliaan Ternak :

  • ANALISIS KORELASI : Mempelajari  hubungan  antara dua sifat yang diamati atau  mengukur, 
  • ANALISIS REGRESI : Digunakan  untuk  menganalisa  bentuk  hubungan  antara  dua  peubah
  • FREKUENSI GEN : Proporsi dari semua lokus untuk pasangan gen, atau rangkai alel ganda dalam suatu sifat yang  diduduki oleh satu gen tertentu.
  • FREKUENSI GENOTIPE : Proporsi atau persentase terhadap genotipe-genotip dalam populasi
  • RANDOM MATING : Perkawinan  antara  individu  hewan  ternak/  secara  random  (acak)  dalam populasi
  • RANDOM DRIFT : Kesalahan pengambilan sampel dalam populasi yang kecil, disebabkan karena peristiwa cuplikan sampel secara kebetulan (acak)
  • POPULASI : Keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian
  • UKURAN POPULASI : Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi
  1. POPULASI CONTOH : Himpunan  bagian  dari  populasi,  atau merupakan  bagian  yang  diambil  dari suatu populasi
  2. PENGUJIAN HIPOTESIS : Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh (observasi) sesuaidengan nilai
  3. RUMUS BINOMIUM : Rumus untuk mencari frekuensi gennya dari keseimbangan genotipe
  4. MIGRASI Perpindahan atau masuknya bahan genetik baru kedalam populasi awal, atau dari satu populasi ke populasi lain
  5. SELEKSI : Suatu  tindakan  untuk  memilih  ternak  yang  dianggap  mempunyai  mutu genetik yang baik untuk dikembangbiakkan  lebih lanjut serta memilih ternak yang  dianggap  kurang  baik  untuk  disingkirkan  dan  tidak  dikembangbiakkan lebih lanjut
  6. SELEKSI ALAM : Seleksi yang terjadi melalui suatu proses “survival of the fittest”
  7. SELEKSI BUATAN : Seleksi  yang  dilakukan  manusia  dan  diarahkan  sedemikian  rupa  sehingga hasilnya sesuai dengan kepentingan manusia
  8. SELEKSI INDIVIDU : Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada fenotipe dari individu-individu
  9. FENOTIPE : Suatu sifat tunggal atau kombinasi sifat atau indeks dari beberapa sifat
  10. SELEKSI SILSILAH : Merupakan  salah  satu  cara  seleksi  dengan  menggunakan  informasi  atau performans  keluarganya  untuk  pengambilan  keputusan  dalam  melakukan seleksi
  11. SELEKSI FAMILI : Seleksi  dengan  menggunakan  performans  dari  saudar  yaitu saudara sebapak/seinduk atau saudara kandung 
  12. SELEKSI ANTAR KELUARGA : Seleksi  yang  didasrkan  rerata  performans  dari  setiap  keluarga  seluruh  atau sebagian dari keluarga yang terbaik dan yang dipilih
  13. SELEKSI DI DALAM KELUARGA : Seleksi  yang  dilakukan  atas  dasar  performans  masing-masing  individu di setiap keluarganya
  14. UJI ZURIAT : Salah  satu  cara  untuk menduga  nilai  pemuliaan  dari  seekor  pejantan  atas dasar penampilan anaknya
  15. TANDOM SELECTION : Seleksi yang dilakukan pada satu sifat terlebih dahulu yang dijalankan selama berapa generasi
  16. INDEPENDENT CULLING LEVEL : Seleksi  terhadap  berbagai  sifgat  yang  dilakukan  secara  bersamaan  dalam generasi yang sama
  17. INDEX SELECTION : Pada sistem ini semua ternak dinilai untuk semua kriteria yang diseleksi
  18. OUT CROSSING : Sistem  perkawina  yang  tidak  berkerabat  tetapi  masih  dalam  bangsa  yang sama
  19. CROSS BREEDING : Sistem perkawinan pada ternak yang berbeda bangsa
  20. SPECIES HIBRIDISASI : Persilangan antara dua spesies yang berbeda
  21. GRADING UP : Perkawinan  pejantan  murni  dari suatu  bangsa  dengan  betina  yang  belum dideskripsikan  dengan  keturunan  betina  dari  generasi  ke  generasi  atau perkawinan back cross yang terus menerus.
  22. LINE CROSSING : Pekawinan ternak-ternak dari dua galur inbreed dari bangsa yang sama
  23. PERSILANGAN TUNGGAL : Persilangan antar bangsa induk dengan satu jenis bangsa pejantan
  24. PERSILANGAN BALIK (BACK CROSS) : Hasil  persilangan  dengan  bangsa,  F1nya  disilang  balik  dengan  salah  satu tetuanya untuk memperoleh proporsi darah tertentu
  25. SILANG ROTASI (CRISS CROSSING) : Persilangan  antara  dua  bangsa  atau  lebih  dengan  tekhnik  back-cross terhadap salah satu bangsa secara bergantian
  26. INTENSITAS SELEKSI : Perbedaan  rata-rata  dari  kelompok  terpilih  yang  dinyatakan  dalam simpangan baku
  27. DIFERENSIAL SELEKSI : Jumlah  kelebihan  dari  individu-individu  yang  terpilih  terhadap  ata-rata populasi
  28. KEMAJUAN GENETIK : Respon seleksi per generasi
  29. STANDAR DEVIASI FENOTIPE : Simpangan baku yang merupakan akar dari ragam fenotifik
  30. GEN : Unit  keturunan  pokok.  Digunakan  secara  bergantian  dengan  istilah  factor keturunan
  31. HIBRIDA : Keturunan dari tetua yang genetis murni untuk satu pasang atau lebih faktor-faktor keturunan yang berlainan
  32. GENOTIPE : Susunan genetis dari suatu individu
  33. DOMINAN : Satu anggota dari  satu pasang  faktor  keturunan atau gen-gen  yang efeknya muncul  sebagian  atau  seluruh  dalam  fenotipe  dengan  tidak  memandang anggota  lain  yang menjadi  pasangan  dari  pasangan  atau  rangkaian  factor tersebut
  34. RESESIF : Faktor keturunan yang efeknya  tidak  terlihat apabila bersama-sama dengan anggota dominan dari pasangan atau rangkaian faktor itu
  35. HOMOZIGOTE : Individu  yang  genetis  murni  untuk  anggota  dari  pasangan  atau  rangkaian faktor keturnan tertentu
  36. HETEROZIGOTE : Individu yang membawa anggota yang  tidak sama dari suatu pasangan atau rangkaian faktor keturunan tertentu
  37. SEGREGASI : Pemisahan anggota dari satu pasang faktor pada saat pembetukan sel benih
  38. ALLEL : Anggota dari satu pasang (rangkaian) faktor keturunan
  39. EPISTASIS : Interaksi dimana  yang  satu mengalahkan  atau menutupi pekerjaan  gen  lain yang bukan sealael
  40. MULTIPLE ALELES : Rangkaian  tiga  gen  atau  lebih  yang  dapat  menempati  satu  lokus  tertentu pada kromosom
  41. HUKUM HARDY-WEINBERG : Hukum  yang menyatakan  bahwa  dalam populasi  yang  besar  dimanan  tidak terjadi seleksi, tidak terjadi migrasi dan  tidak  terjadi mutasi dan perkawinan secara  acak.  Frekuensi  gen dan  genotipik  akan  tetap  sama dari  generasi  ke generasi
  42. LOKUS TAK BERANGKAI : Dua  pasang  atau  lebih  faktor-faktor  yang memisah  bebas  dalam  pewarisan berkelakuan menurut hukum pemisahan secara acak
  43. LOKUS BERANGKAI : Apabila  dua  lokus  atau  lebih  pada  pasangan  kromosom  yang  sama,  yaitu berangkai,  pendekatannya  kearah  keseimbangan  diperlambat  sepadan dengan kedekatan gen berangkai itu
  44. MUTASI : Perubahan dalam gen atau bagian kromosom menjadi bentuk baru
  45. MANIPULASI DNA : Cara lebih lanjut untuk mengubah frekuensi gen
  46. KROMOSOM : Pembawa bahan keturunan yang diwariskan dari generasi ke generasi
  47. DNA : Suatu zat kimia kompleks dengan molekul sangat besar yang dapat berbeda-beda strukturnya dalam jumlah yang tidak terbatas
  48. 56. SIFAT KUALITATIF : Suatu sifat dimana individu-individu dapat di klasifikasikan kedalam satu dari dua  kelompok  atau  lebih  dan  pengelompokan  itu  berbeda  jelas  satu  sama lainnya
  49. SIFAT KUANTITATIF : Suatu sifat dimana individu-individu tidak ada pengelompokan yang jelas
  50. INVERSI : Satu bagian dari kromosom menjadi terbalik dan mengubah susunan gen
  51. DUPLIKASI : Satu  bagian  dari  kromosom  putus  dan  kemudian melekat  kembali  kepada anggota  lain  dari  pasangan  kromosom  itu  dengan  akibat  dengan  akibat duplikasi dari bagian itu.

Gambar atau potert kromosom yang telah digunnting dan disusun dari yang besar ke yang kecil

Untuk melihat Skema persilangan ini silahkan klik Tombol Sekema Sekema di bawah ini


Demikian Penjelasan singkat tentang Skema Persilangan ini, semoga bermanfaat
Bersambung Kesema Berikutnya. 

Saung Ternak Mandiri
Hanif Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person