Jumat, 28 Agustus 2020

SCHEMA PEMURNIAN DUA BREEDER BERBEDA

SCHEMA 
PEMURNIAN DUA BREEDER BERBEDA


Sebelum melihat Sekema Persilangan ini yang perlu saya jelaskan adalah :
Skema ini hampir sama dengan yang satu Breeder hanya yang berbeda adalah ini menggabungkan lebih dari satu breeder dengan Jalan di murnikan terlebih dulu baru di Cross Breed
Keuntungan dari Skema ini kita akan mendapatkan sifat sifat unggul dari macam macam Breeder dalam satu Populasi.

Sedangkan kelemahan Skema ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama dan dibutuhkan ketelitian dalam melakukan persilangan di setiap generasi .jika kesalahan di lakukan atau terjadi kesalahan dalam dalam memasangkan maka akan berakibat set back/ mulai dari awal lagi.

Hasil akhir dari Pemurnian ini adalah sama, jadi untuk memperbanyak kita hanya perlu mengawinkan masing-masing dari kedua kelompok tersebut. Skema pada artikel ini juga bisa untuk menyilangkan 4 breeder yang berbeda sekaligus Contoh misalnya : Breeder A diambil jantan nya. Breeder B diambil Betina-Nya. Breeder C Jantan dan Breeder D Betina. 

Perhatikan Anakan yang di hasilkan harus sesuai dengan karakter induknya. 
Skema ini juga bisa digunakan untuk membuat Burung Puyuh jenis baru/Hebrid misalnya Puyuh petelur vs Puyuh Pedaging mungkin akan menghasilkan Puyuh yang pertumbuhan-Nya lebih cepat dari Jenis puyuh yang lain.

Urutan pemurnian bagian skema untuk menghasilkan Galur Murni haruslah simetris beraturan bila anda mendapatkan jalur yang menyimpang itu patut di pertanyakan hasil akhir-Nya yang di peroleh.

Pengertian Pemuliaan Ternak
Pemuliaan merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Belanda: veredeling; Inggris: breeding) merupakan kegiatan manusia dalam memelihara tumbuhan atau hewan untuk menjaga kemurnian galur atau ras sekaligus memperbaiki produksi atau kualitasnya. Dalam kegiatannya, pemuliaan sejak abad ke-20 menerapkan banyak prinsip dan metode genetika serta ilmu-ilmu turunannya .

Pemuliaan tidak persis sama dengan penangkaran. Dalam penangkaran, kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk menghasilkan keturunan tanpa disertai dengan usaha memperbaiki populasi. Suatu program pemuliaan pasti mencakup aspek penangkaran, tetapi bukan sebaliknya. Penangkaran dilakukan dengan tujuan menjaga kemurnian suatu galur, ras, atau kultivar, serta dalam menjaga kelestarian populasi hewan dan tumbuhan yang terancam punah di alam liar. Praktisi pemuliaan dan penangkaran masing-masing disebut sebagai pemulia dan penangkar.

Baca Juga : Belajar Terntang Persilangan Hewan Ternak

Berdasar denotasi dan konotasi ilmu, pemuliaan ternak adalah suatu cabang ilmu biologi, genetika terapan dan metode untuk peningkatan atau perbaikan genetik ternak. Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik. Mutu genetik adalah kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara.

Pemunculannya disebut performans atau sehari-hari disebut sebagai produksi dan reproduksi ternak, contohnya antara lain produksi susu, telur, daging, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih dan jumlah anak sepelahiran. Kemampuan genetik ternak, dapat juga disebut kemampuan bereproduksi dan berproduksi, tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditaksir. 

Prinsip dasar pemuliaan ternak mengajarkan bahwa kemampuan genetik di wariskan dari tetua ke anak, secara acak. Diartikan bahwa tidak ada dua anak, apa lagi lebih yang memiliki kemampuan yang persis sama kecuali pada kasus monozygote identical twin (dua anak berasal dari satu sel telur). Kemampuan tersebut selanjutnya akan dimunculkan dalam bentuk produksi yang terukur di bawah faktor lingkungan yang tertentu.

Kemampuan genetik tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai lingkaran kecil yang terletak di dalam lingkaran yang lebih besar. Lingkaran yang lebih besar adalah gambaran pemunculan kemampuan genetik di bawah lingkungan seluas daerah antara dua lingkaran tersebut. Apabila lingkaran lingkungan kita perbesar pemunculan kemampuan genetik tidak akan dapat melampaui batas lingkaran besar. Hal ini disebabkan pemunculan kemampuan genetik itu ada batasnya, yang dikontrol oleh banyak faktor. Setiap individu memiliki gambaran lingkaran kecil dan besar yang berbeda. Kalau faktor kontrol tersebut tidak ada maka seekor kelinci akan dapat dibesarkan menjadi seekor sapi. Tidak demikian yang dimaksud dengan kemampuan genetik. Kalau lingkaran lingkarĂ n kita kecilkan, maka pemunculan kemampuan genetik akan ikut mengecil.

Pada penerapan pemuliaan ternak hal yang pertama dikatakan pemborosan sedang peristiwa kedua dikatakan kebodohan. Masalah yang dihadapi dalam penerapan pemuliaan ternak, bagaimana dapat mengurangi pemborosan dan tidak menjalankan kebodohan. Masalah selanjutnya, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan untuk memunculkan kemampuan genetik tersebut ?

Apa yang dapat dilakukan ada dua hal, yakni mengontrol pewarisan kemampuan genetik melalui seleksi dan sistem perkawinan. Selanjutnya diikuti dengan penyediaan faktor lingkungan yang sesuai sampai tingkat yang sebaik mungkin dan masih menguntungkan secara ekonomis. Apa yang tidak mungkin dilakukan adalah memunculkan kemampuan genetik di luar batas yang dimungkinkan. 

Pemuliaan ternak dapat ditinjau sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur-unsur pengamatan, percobaan, definisi, penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya. Selanjutnya metode tersebut juga membutuhkan langkah-langkah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil. Oleh karena itu pengembangan pemuliaan ternak memerlukan penelitian dan penerapan hasil penelitian yang berkelanjutan. Siapapun yang tertarik akan meningkatkan peranan dan pemanfaatan pemuliaan ternak harus mulai dengan mendalami dasar dan prinsip teori genetika terapan dan melanjutkan dengan penelitian serta penerapan hasil penelitiannya. 

Sejarah Singkat Perkembangan Pemuliaan Ternak
Dalam berbagai kepustakaan dapat ditelusuri bahwa pemuliaan ternak dikembangkan mulai tahun 1760 dan dilaksanakan oleh Robert Bakewell di Inggris. Pengembangan dimulai dengan ternak kuda, domba dan sapi. Keberhasilannya terletak pada tiga hal, yaitu pertama, dia telah menetapkan sasaran yang dia inginkan misal mendapatkan sapi potong yang berbentuk pendek dan cepat dewasa yang waktu itu belum ada. Kedua, dia tidak menjual ternak jantan tetapi meminjamkannya kepada peternak lain dan peminjam mengembalikannya apabila pejantan tersebut mewariskan mutu genetik yang baik. Ketiga, membiakkan ternak yang baik dengan yang baik, tanpa menghiraukan hubungan kekerabatan yang ada. Sebagai akibatnya sering dilaksanakan perkawinan silang dalam yakni perkawinan antar saudara. Silang dalam tersebut mengarah dihasilkannya trah yang relatif murni, meskipun tanpa diikuti pencatatan.

Metode Backewell ditiru secara luas dan mulai ditetapkan syarat-syarat trah. Trah yang relatip murni tersebut dibawa ke Amerika, kemudian dibiakkan murni dan disilangkan dengan rumpun lokal. Asosiasi trah mulai dibentuk pada periode 1870 - 1900, mempunyai andil besar dalam pengembangan pemuliaan ternak atau perbaikan genetik ternak. Periode ini ditandai dengan pengembangan buku registrasi untuk menjamin kemurnian trah diikuti dengan semangat kompetitif oleh berbagai asosiasi trah. Terjadilah penyisihan ternak berdasar kemurnian trah sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh asosiasi meskipun belum berdasar pada keunggulan genetik. Namun tetap diakui bahwa sumbangan asosiasi tersebut sangat besar terhadap perkembangan peternakan di Amerika.

Periode setelah asosiasi trah adalah pengembangan inseminasi buatan (IB). Spallanzani pada tahun 1780 melaksanakan IB pada anjing, kemudian pada 1899 di Rusia dikembangkan pada ternak dan mulai 1930 di coba di Eropa. Inseminasi buatan pada sapi perah di mulai 1938 oleh Perry di New Jersey Dairy Extension Service. Ide lB menyebar ibarat seganas api dan banyak dibentuk organisasi atau kelompok IB. 

Periode setelah 1971 keberhasilan IB mulai dilaporkan oleh Departemen Pertanian Amerika. Dilaporkan bahwa IB telah digunakan pada 8643.089 ekor sapi, 3620 pejantan digunakan untuk menginseminasi rata-rata 3620 ekor sapi betina (7 juta lebih sapi perah dan 1 juta lebih sapi pedaging). Pada tahun 1971 penggunaan semen beku mulai didaftar. Sampai 1987 Program lB telah dilaporkan dapat membantu meningkatkan efektivitas penerapan pemuliaan ternak dengan seleksi dan sistem perkawinan.

Manfaat Pemuliaan Ternak
Pemuliaan ternak (animal breeding) merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari aplikasi cara-cara meningkatkan mutu genetik ternak. Pada usaha peternakan, sebaik apapun pengelolaan (management) dan pakan (feeding) yang diberikan kepada ternak, tetapi bila mutu genetik ternak rendah, maka produktivitas yang diperoleh tidak akan optimal. Dua prinsip dasar untuk meningkatkan mutu genetik ternak, adalah dengan melakukan program pemuliaan melalui yaitu sistem seleksi dan perkawinan (selection and mating systems). 

Seleksi dapat menyebabkan perubahan keragaman genetik, tergantung dari cara seleksi yang digunakan. Seleksi  pada ternak  bertujuan mengubah frekuensi gen dari suatu populasi ternak. Seleksi secara langsung mengakibatkan ragam genetik berkurang sampai tercapainya keadaan konstan pada suatu generasi tertentu. Dengan seleksi terarah suatu sifat yang dikehendaki maka mutu genetik dapat ditingkatkan.

Perkawinan silang atau persilangan merupakan jalan pintas untuk memperoleh individu-individu yang memiliki sejumlah sifat unggul yang dipunyai oleh kedua bangsa tetuanya. Seperti diketahui, apa yang diharapkan dari persilangan adalah adanya efek heterosis dalam beberapa sifat produksi sehingga melebihi rataan kedua bangsa tetuanya. Metoda kawin silang digunakan untuk memperoleh individu yang memiliki sifat produksi unggul dalam waktu singkat.

Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli. Karena itu, upaya seleksi dapat dianggap sebagai pilihan yang baik dan rasional. Perbaikan mutu genetik biasanya bersifat permanen dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. 

Ruang Lingkup Ilmu Pemuliaan Ternak Meliputi : 
  • Peranan Ggenetika, karena genetika merupakan disiplin ilmu yang mendasari perkembangan dan aplikasi pemuliaan ternak. 
  • Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif pada ternak untuk menggambarkan sifat-sifat produksi ternak pada populasi tertentu. 
  • Parameter genetik yang penting yaitu: heritabilitas, repitabilitas dan  korelasi genetik beberapa sifat ternak. 
  • Pendugaan nilai pemuliaan ternak
  • Seleksi pada ternak secara umum
Dasar sistem perkawinan pada ternak secara umum, yaitu perkawinan antar ternak yang berkerabat dan tidak berkerabat, Istilah-Istilah Dalam Pemuliaan Ternak :

  • ANALISIS KORELASI : Mempelajari  hubungan  antara dua sifat yang diamati atau  mengukur, 
  • ANALISIS REGRESI : Digunakan  untuk  menganalisa  bentuk  hubungan  antara  dua  peubah
  • FREKUENSI GEN : Proporsi dari semua lokus untuk pasangan gen, atau rangkai alel ganda dalam suatu sifat yang  diduduki oleh satu gen tertentu.
  • FREKUENSI GENOTIPE : Proporsi atau persentase terhadap genotipe-genotip dalam populasi
  • RANDOM MATING : Perkawinan  antara  individu  hewan  ternak/  secara  random  (acak)  dalam populasi
  • RANDOM DRIFT : Kesalahan pengambilan sampel dalam populasi yang kecil, disebabkan karena peristiwa cuplikan sampel secara kebetulan (acak)
  • POPULASI : Keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian
  • UKURAN POPULASI : Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi
  1. POPULASI CONTOH : Himpunan  bagian  dari  populasi,  atau merupakan  bagian  yang  diambil  dari suatu populasi
  2. PENGUJIAN HIPOTESIS : Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh (observasi) sesuaidengan nilai
  3. RUMUS BINOMIUM : Rumus untuk mencari frekuensi gennya dari keseimbangan genotipe
  4. MIGRASI Perpindahan atau masuknya bahan genetik baru kedalam populasi awal, atau dari satu populasi ke populasi lain
  5. SELEKSI : Suatu  tindakan  untuk  memilih  ternak  yang  dianggap  mempunyai  mutu genetik yang baik untuk dikembangbiakkan  lebih lanjut serta memilih ternak yang  dianggap  kurang  baik  untuk  disingkirkan  dan  tidak  dikembangbiakkan lebih lanjut
  6. SELEKSI ALAM : Seleksi yang terjadi melalui suatu proses “survival of the fittest”
  7. SELEKSI BUATAN : Seleksi  yang  dilakukan  manusia  dan  diarahkan  sedemikian  rupa  sehingga hasilnya sesuai dengan kepentingan manusia
  8. SELEKSI INDIVIDU : Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada fenotipe dari individu-individu
  9. FENOTIPE : Suatu sifat tunggal atau kombinasi sifat atau indeks dari beberapa sifat
  10. SELEKSI SILSILAH : Merupakan  salah  satu  cara  seleksi  dengan  menggunakan  informasi  atau performans  keluarganya  untuk  pengambilan  keputusan  dalam  melakukan seleksi
  11. SELEKSI FAMILI : Seleksi  dengan  menggunakan  performans  dari  saudar  yaitu saudara sebapak/seinduk atau saudara kandung 
  12. SELEKSI ANTAR KELUARGA : Seleksi  yang  didasrkan  rerata  performans  dari  setiap  keluarga  seluruh  atau sebagian dari keluarga yang terbaik dan yang dipilih
  13. SELEKSI DI DALAM KELUARGA : Seleksi  yang  dilakukan  atas  dasar  performans  masing-masing  individu di setiap keluarganya
  14. UJI ZURIAT : Salah  satu  cara  untuk menduga  nilai  pemuliaan  dari  seekor  pejantan  atas dasar penampilan anaknya
  15. TANDOM SELECTION : Seleksi yang dilakukan pada satu sifat terlebih dahulu yang dijalankan selama berapa generasi
  16. INDEPENDENT CULLING LEVEL : Seleksi  terhadap  berbagai  sifgat  yang  dilakukan  secara  bersamaan  dalam generasi yang sama
  17. INDEX SELECTION : Pada sistem ini semua ternak dinilai untuk semua kriteria yang diseleksi
  18. OUT CROSSING : Sistem  perkawina  yang  tidak  berkerabat  tetapi  masih  dalam  bangsa  yang sama
  19. CROSS BREEDING : Sistem perkawinan pada ternak yang berbeda bangsa
  20. SPECIES HIBRIDISASI : Persilangan antara dua spesies yang berbeda
  21. GRADING UP : Perkawinan  pejantan  murni  dari suatu  bangsa  dengan  betina  yang  belum dideskripsikan  dengan  keturunan  betina  dari  generasi  ke  generasi  atau perkawinan back cross yang terus menerus.
  22. LINE CROSSING : Pekawinan ternak-ternak dari dua galur inbreed dari bangsa yang sama
  23. PERSILANGAN TUNGGAL : Persilangan antar bangsa induk dengan satu jenis bangsa pejantan
  24. PERSILANGAN BALIK (BACK CROSS) : Hasil  persilangan  dengan  bangsa,  F1nya  disilang  balik  dengan  salah  satu tetuanya untuk memperoleh proporsi darah tertentu
  25. SILANG ROTASI (CRISS CROSSING) : Persilangan  antara  dua  bangsa  atau  lebih  dengan  tekhnik  back-cross terhadap salah satu bangsa secara bergantian
  26. INTENSITAS SELEKSI : Perbedaan  rata-rata  dari  kelompok  terpilih  yang  dinyatakan  dalam simpangan baku
  27. DIFERENSIAL SELEKSI : Jumlah  kelebihan  dari  individu-individu  yang  terpilih  terhadap  ata-rata populasi
  28. KEMAJUAN GENETIK : Respon seleksi per generasi
  29. STANDAR DEVIASI FENOTIPE : Simpangan baku yang merupakan akar dari ragam fenotifik
  30. GEN : Unit  keturunan  pokok.  Digunakan  secara  bergantian  dengan  istilah  factor keturunan
  31. HIBRIDA : Keturunan dari tetua yang genetis murni untuk satu pasang atau lebih faktor-faktor keturunan yang berlainan
  32. GENOTIPE : Susunan genetis dari suatu individu
  33. DOMINAN : Satu anggota dari  satu pasang  faktor  keturunan atau gen-gen  yang efeknya muncul  sebagian  atau  seluruh  dalam  fenotipe  dengan  tidak  memandang anggota  lain  yang menjadi  pasangan  dari  pasangan  atau  rangkaian  factor tersebut
  34. RESESIF : Faktor keturunan yang efeknya  tidak  terlihat apabila bersama-sama dengan anggota dominan dari pasangan atau rangkaian faktor itu
  35. HOMOZIGOTE : Individu  yang  genetis  murni  untuk  anggota  dari  pasangan  atau  rangkaian faktor keturnan tertentu
  36. HETEROZIGOTE : Individu yang membawa anggota yang  tidak sama dari suatu pasangan atau rangkaian faktor keturunan tertentu
  37. SEGREGASI : Pemisahan anggota dari satu pasang faktor pada saat pembetukan sel benih
  38. ALLEL : Anggota dari satu pasang (rangkaian) faktor keturunan
  39. EPISTASIS : Interaksi dimana  yang  satu mengalahkan  atau menutupi pekerjaan  gen  lain yang bukan sealael
  40. MULTIPLE ALELES : Rangkaian  tiga  gen  atau  lebih  yang  dapat  menempati  satu  lokus  tertentu pada kromosom
  41. HUKUM HARDY-WEINBERG : Hukum  yang menyatakan  bahwa  dalam populasi  yang  besar  dimanan  tidak terjadi seleksi, tidak terjadi migrasi dan  tidak  terjadi mutasi dan perkawinan secara  acak.  Frekuensi  gen dan  genotipik  akan  tetap  sama dari  generasi  ke generasi
  42. LOKUS TAK BERANGKAI : Dua  pasang  atau  lebih  faktor-faktor  yang memisah  bebas  dalam  pewarisan berkelakuan menurut hukum pemisahan secara acak
  43. LOKUS BERANGKAI : Apabila  dua  lokus  atau  lebih  pada  pasangan  kromosom  yang  sama,  yaitu berangkai,  pendekatannya  kearah  keseimbangan  diperlambat  sepadan dengan kedekatan gen berangkai itu
  44. MUTASI : Perubahan dalam gen atau bagian kromosom menjadi bentuk baru
  45. MANIPULASI DNA : Cara lebih lanjut untuk mengubah frekuensi gen
  46. KROMOSOM : Pembawa bahan keturunan yang diwariskan dari generasi ke generasi
  47. DNA : Suatu zat kimia kompleks dengan molekul sangat besar yang dapat berbeda-beda strukturnya dalam jumlah yang tidak terbatas
  48. 56. SIFAT KUALITATIF : Suatu sifat dimana individu-individu dapat di klasifikasikan kedalam satu dari dua  kelompok  atau  lebih  dan  pengelompokan  itu  berbeda  jelas  satu  sama lainnya
  49. SIFAT KUANTITATIF : Suatu sifat dimana individu-individu tidak ada pengelompokan yang jelas
  50. INVERSI : Satu bagian dari kromosom menjadi terbalik dan mengubah susunan gen
  51. DUPLIKASI : Satu  bagian  dari  kromosom  putus  dan  kemudian melekat  kembali  kepada anggota  lain  dari  pasangan  kromosom  itu  dengan  akibat  dengan  akibat duplikasi dari bagian itu.

Gambar atau potert kromosom yang telah digunnting dan disusun dari yang besar ke yang kecil

Untuk melihat Skema persilangan ini silahkan klik Tombol Sekema Sekema di bawah ini


Demikian Penjelasan singkat tentang Skema Persilangan ini, semoga bermanfaat
Bersambung Kesema Berikutnya. 

Saung Ternak Mandiri
Hanif Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet
Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person

0 Comments:

Posting Komentar