Rabu, 29 Juli 2020

KERUSAKAN FUNGSI HATI PADA BURUNG PUYUH DAN TREATMENT

Kerusakan Fungsi Hati
Pada Burung Puyuh Dan Cara Treatment 


Hepar atau hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Organ ini berwarna merah kecoklatan yang tersusun dari sel-sel hati atau hepatosit. Hati adalah organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Hati berperan dalam sekresi empedu, detoksifikasi, pembentukan sel darah merah, metabolisme, dan penyerapan vitamin kata (Ressang, 1984). Hati memiliki fungsi detoksifikasi yang dilakukan oleh enzim-enzim hati. Yaitu dengan mengubah senyawa-senyawa toksik atau racun hasil metabolisme yang berasal dari luar tubuh menjadi zat-zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Pada Burung Puyuh dan Jenis unggas lain, hati akan mengalami kerusakan apabila terdapat mikotoksin (racun jamur) atau zat toksin lain yang berlebih dalam tubuh. Kerusakan hati juga bisa diakibatkan dampak dari munculnya suatu penyakit, maupun penggunaan zat kimia yang berlebihan. Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor yang merusak hati dan dampaknya dalam mendukung upaya pencegahan yang tepat agar performa ternak kita bisa optimal.
Mengenal Peran dan Fungsi Hati
Hati memiliki fungsi yang kompleks antara lain dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan zat besi. Fungsi hati diantaranya:
Detoksifikasi
Pengeluaran zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainnya seperti zat racun dan logam berat. Detoksifikasi terjadi karena hati mengandung antioksidan dan enzim-enzim yang dapat merusak kelompok oksigen reaktif yaitu glutathione (GSH), vitamin C dan E.
Metabolisme Nutrisi
Karbohidrat setelah diolah di saluran pencernaan akan menjadi glukosa, lalu diserap melalui usus masuk ke dalam peredaran darah dan hati. Di dalam hati sebagian glukosa dimetabolisme sehingga terbentuk energi yang befungsi menjaga temperatur tubuh dan tenaga untuk bergerak.
Glukosa yang tersisa diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam jaringan subkutan. Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah membentuk asam amino, pembentukan hasil akhir dari metabolisme untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, dan membentuk senyawa lain dari asam amino.

Pembentukan dan ekskresi empedu
Empedu dibentuk melalui saluran empedu interlobular yang terdapat dalam hati. Empedu yang dihasilkan dialirkan dan disimpan pada kantung empedu. Hati dapat mensekskresikan sekitar 1 liter cairan empedu dalam sehari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian diserap kembali oleh usus halus dan dialirkan kembali ke hati.
Penyebab Kerusakan Hati
Kerusakan hati biasanya disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kesalahan sistem manajemen pemeliharaan, seperti manajemen penyimpanan pakan yang kurang baik sehingga terkontaminasi mikotoksin, pemberian obat-obatan kimia secara berlebihan, nutrisi yang diserap tidak seimbang, dan pengaruh virus yang menular sehingga menimbulkan penyakit serius. Secara spesifik, beberapa faktor penyebab kerusakan hati pada ayam dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengaruh Mikotoksin
Burung Puyuh dan Unggas merupakan hewan ternak yang paling peka terhadap mikotoksin. Keberadaan mikotoksin dalam pakan ternak berdampak terhadap kesehatan ternak berupa penurunan produksi, meyebabkan imunosupresi (melemahnya sistem kekebalan tubuh), dan menimbulkan kerusakan organ seperti hati. Mikotoksin adalah senyawa organik yang bersifat toksik (racun), yang dihasilkan oleh kapang (jamur) tertentu. Jika kapang mati, maka produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang telah terbentuk tidak hilang.
Kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan yang tinggi, proses produksi, panen dan penyimpanan yang kurang baik menyebabkan tingginya konsentrasi mikotoksin pada bahan baku pakan sehingga menimbulkan penyakit yaitu mikotoksitosis. Gejala klinis mikotoksikosis pada ayam biasanya tidak terlalu spesifik, umumnya dalam bentuk gangguan performa atau menurunnya produktivitas Burung Puyuh.
Gejala Terpapar Mikotoksin
Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung dari status kesehatan, umur, jenis kelamin, kondisi lingkungan, tipe serta durasi terpapar oleh mikotoksin. Pada konsentrasi yang tinggi, apabila Burung Puyuh dibedah dapat didiagnosa bahwa mikotoksin menyerang secara langsung ke organ spesifik seperti kerusakan hati, ginjal, saluran pencernaan, sistem saraf dan saluran reproduksi. Pada keracunan mikotoksin akut, terjadi perombakan pembekuan darah, kegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak serta penurunan sintesis protein pada hati sehingga terjadi penurunan fungsi hati.
Obat kimia berlebihan (parasetamol)
Kerusakan hati dapat terjadi juga akibat penggunaan parasetamol secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dan dosisnya tidak tepat. Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat penurun suhu tubuh (antipiretik) dan penghilang rasa sakit (analgesik) yang sering digunakan sebagai terapi pada Burung Puyuh dan Ayam baik pedaging maupun petelur. Salah satunya pada kasus Gumboro bahwa sudah hal umum jika peternak menggunakan parasetamol untuk membantu menurunkan panas tubuh pada burung puyuh. Saat penyakit tersebut menyerang beberapa organ yang akan mengalami peradangan serta perdarahan dan respon yang ditunjukkan oleh Burung Puyuh ialah demam tinggi.
Kerja dari parasetamol ialah diuraikan di hati dengan hasil metabolit berupa senyawa yang belum aktif tetapi masih bersifat toksik (racun). Apabila parasetamol dikonsumsi secara berlebihan dan tidak sesuai dosis yang berlaku, senyawa glutation atau antioksidan tubuh tidak akan mampu berikatan dengan parasetamol. Metabolit ini kemudian akan secara bebas bereaksi dengan enzim-enzim penting dari hati, sehingga hal ini akan memacu terjadinya kerusakan yang parah bahkan kematian karena kegagalan kerja hati.
Akibat Penyakit Menular
Penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan hati adalah Inclusion Body Hepatitis (IBH) dan Lymphoid Leukosis (LL). Inclusion Body Hepatitis (IBH) merupakan penyakit menular pada Burung Puyuh, yang ditandai dengan anemia dan hepatitis disertai dengan badan-badan inklusi di dalam inti sel hati. Penyakit ini disebabkan oleh Adenovirus. Burung Puyuh yang terserang adalah Burung Puyuh, terutama petelur dan pedaging pada umur antara 2-13 minggu. Burung Puyuh terserang ditandai dengan gejala lesu, sayap terkulai, kepala bengkak, jengger dan pial pucat, kadang-kadang diare dan muntah, keluar leleran encer dari hidung. Apabila ayam dibedah dapat terlihat hati membengkak berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak, pendarahan dan lembek.
Sedangkan di Indonesia pada Burung Puyuh petelur Lymphoid Leukosis (LL) lebih sering dikenal dengan nama Big Liver Diseases. Penyakit ini disebabkan oleh Leukovirus dan termasuk bentuk dari leukosis kompleks. Penyakit LL banyak ditemukan pada Burung Puyuh petelur pada umur 16 minggu atau lebih. Penyakit tersebut mudah ditularkan melalui kontak langsung antara Burung ke Burung yang sakit (horizontal) dan secara vertikal. Virus dikeluarkan melalui feses dan dapat mencemari lingkungan kandang, tempat makanan dan minuman ayam. Gejala yang muncul pada penyakit LL berupa nafsu makan menurun, depresi, jengger dan pial terlihat pucat sampai dengan kebiruan, perut tampak membesar dan bila diraba terasa keras serta mengalami perubahan patologi anatomi yang khas pada organ hati. Tumor ditemukan di berbagai organ tubuh setelah ayam berumur 4 bulan pada ginjal, paru-paru, jantung dan organ tubuh lain, tetapi paling sering ditemukan pada hati (Big Liver Diseases). Tumor dapat berbentuk nodular (benjolan), difus (menyebar) atau kombinasi bentuk tersebut.
Dampak Kerusakan Hati
Hati yang mengalami kerusakan tidak bisa melakukan detoksifikasi secepat yang dilakukan oleh hati yang sehat, oleh karena itu, apabila proses detoksifikasi lebih lambat dan hati yang belum selesai bekerja mendetoksifikasi itu sudah diberi serangan racun-racun yang harus didetoksifikasi, akibatnya akan lebih banyak racun yang beredar ke seluruh tubuh lewat darah.  Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat bersifat sementara dan tetap. Sel hati akan berusaha beradaptasi mempertahankan hidup dengan memperbaiki sel-selnya sendiri dan biasa disebut regenerasi. Namun sebagian racun yang tidak dapat dihancurkan karena kapasitas kerja hati yang tidak cukup kuat sehingga akan sulit dibuang dari tubuh karena lolos dari proses kerja hati. Akibatnya racun-racun tersebut menumpuk sebagai lemak di organ-organ penting seperti hati, otak dan sel sistem saraf.
Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran cairan tubuh akan terganggu. Kerusakan membran sel hati menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel-selnya menjadi bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air.
Jika hati rusak, secara keseluruhan proses metabolisme terganggu sehingga nafsu makan burung dan unggas menurun mengakibatkan pertumbuhan Burung Puyuh dan produksi telur terhambat, serta kekebalan tubuhnya menurun (imunosupresi). Penurunan daya tanggap kebal atau imunosupresi akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit, meningkatkan derajat keparahan penyakit, meningkatkan tingkat kesulitan pengobatan atau Burung Puyuh  sulit disembuhkan, respon imun yang buruk, dan mengaktivasi pembentukan tumor. Zat-zat racun juga tidak dapat dikeluarkan dan terakumulasi di dalam tubuh sehingga membahayakan organ tubuh lain seperti ginjal.
Pencegahan Kerusakan Hati
Kerusakan hati tidak memiliki gejala secara spesifik sehingga sulit dilihat dari luar tanpa bedah bangkai. Apabila sudah terjadi kerusakan hati dapat mengganggu laju pertumbuhan dan produksi ternak khususnya pada Burung Puyuh . Untuk itu perlu langkah-langkah pencegahan dan penanganan untuk mengurangi penurunan produksi akibat kerusakan hati. Pencegahan terhadap kerusakan hati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Manajemen kandang dan Bio-Scurity
Manajemen yang baik dan penerapan biosekuriti secara ketat dan disiplin sangat penting dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran agen infeksi penyakit penyebab kerusakan hati pada unggas. Kelembapan litter atau alas kandang harus diperhatikan. Sebelum chick in harus dilakukan desinfeksi (). Penggunaan desinfektan diharapkan dapat efektif terhadap virus, bakteri dan jamur.
Kontrol Penyimpanan Ransum
Daya tahan dan daya simpan ransum dan bahan baku sangat tergantung kadar air yang terkandung di dalamnya. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam ransum tidak melebihi 14% sehingga tidak tumbuh jamur yang memicu mikotoksin. Daya simpan ransum ayam di dalam gudang adalah 21-30 hari sejak tanggal produksi (batch). Baik ransum bentuk crumble (butiran), pellet maupun mash (tepung), akan mengalami penurunan kualitas apabila melewati masa tersebut. Misalnya pada jagung dengan kadar air awal 12,5% yang disimpan selama 40 bulan akan mengalami peningkatan kehilangan berat keringnya sejalan dengan meningkatnya lama penyimpanan.
Manajemen tempat penyimpanan ransum
Pencegahan kontaminasi ransum dapat dilakukan dengan mencegah pertumbuhan bakteri dan pembentukan mikotoksin. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kelembapan yang rendah atau tidak lebih dari 70%, suhu ideal ruangan antara 18-24°C, menjaga ransum tetap segar dan bersih, merawat peralatan ransum. Tempat penyimpanan juga harus terang dan bersih, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan serangga dan tikus yang dapat merusak ransum.
Berikan alas (pallet) pada tumpukan bahan baku dan atur posisi penyimpanan sesuai dengan waktu kedatangannya (first in first out). Penurunan kualitas ransum karena penyimpanan yang tidak tepat akan berakibat pada kesehatan pencernaan sehingga menganggu performa pada ayam.
Pembatasan ransum sesuai kebutuhan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah perlemakan yang akan mengganggu fungsi kerja hati adalah dengan melakukan pembatasan ransum. Pembatasan ini bisa dengan mengganti karbohidrat dengan tambahan lemak. Modifikasi ini berarti hati perlu mensintesis sedi kit lemak. Penggantian jagung dapat dengan minyak.
Kontrol kualitas ransum secara rutin
Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku atau ransum. Untuk menghambat pertumbuhan jamur dapat menambahkan mold inhibitor ke dalam ransum dengan asam propionat (0,5-1,5 g/kg ransum) atau thiabendazole (100 mg/kg ransum).
Kurangi Pengurangan penggunaan obat-obat kimia berlebihan
Untuk penggunaan obat dalam membantu meringankan gejala penyakit kurangi penggunaan parasetamol dan obat kimia lainnya secara berlebihan atau berikan sesuai dosis yang berlaku. Untuk merawat fungsi organ hati dapat menggunakan cara alternatif pemberian suplemen herbal seperti Heprofit dalam menetralisir radikal bebas dari penggunaan obat-obatan kimia. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi skor, tingkat kerusakan hati semakin parah. Heprofit aman digunakan setiap hari karena terbuat dari bahan herbal untuk membantu melindungi dari kerusakan hati akibat pemberian obat-obatan kimia secara berlebihan.
Penanganan Kerusakan Hati
Dalam menangani kejadian kerusakan hati pada Burung Puyuh dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut :
Seleksi bahan baku atau ransum
Melakukan seleksi bahan ransum jika ditemukan kontaminasi jamur sangat banyak, jangan menggunakan bahan baku tersebut. Jika bahan ransum yang terkontaminasi sedikit dapat melakukan pencampuran dengan bahan baku atau ransum yang belum terkontaminasi.
Pemberian Pengikat Mikotoksin
Bila cemaran toksin telah ditemukan maka perlu ditambahkan bahan pengikat mikotoksin pada ransum maupun yang ada di dalam saluran pencernaan dan membuangnya melalui sekresi. Tambahan toxin binder (pengikat mikotoksin) pada ransum campurkan dengan. 
Pemberian multivitamin untuk daya tahan tubuh
Suplementasi vitamin, teritama vitamin larut lemak (A, D, E, K), asam amino (metionin dan penilalanin) maupun meningkatkan kadar protein dan lemak dalam ransum juga mampu menekan kerugian akibat mikotoksin. Pemberian multivitamin dosis tinggi seperti Fortevit bisa menjadi solusi. 
Pemberian hepatoprotektor
Bagi sebagian orang, tanaman herbal berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit yang diakibatkan oleh virus. Sebab, beberapa tanaman herbal ternyata memiliki efek antivirus. Tanaman herbal umumnya diolah menjadi jamu atau bahkan obat tradisional dengan resep dari turun-temurun. Penasaran apa saja jenis tanaman herbal pembuh virus? Ketahui jawabannya di bawah ini.
Agen hepatoprotektor (pelindung hati) menjadi penting dalam penatalaksanaan gangguan fungsi hati karena tidak semua gangguan fungsi hati dapat dilakukan dan obat yang digunakan dapat menambah kerusakan pada sel-sel hati. Saat ini masih diperlukan agen pengembangan hepatoprotektor yang murah, efektif dan aman.
Banyak cara dilakukan orang untuk dapat hidup sehat. Kembali ke alam ( kembali ke alam ) merupakan salah satu cara hidup yang dibutuhkan masyarakat sekarang untuk tetap sehat. Salah satu cara kembali ke alam diwujudkan dalam penggunaan produk alami. Produk herbal lebih banyak disukai orang dan lebih aman bagi manusia.
Penggunaan tanaman obat untuk kesehatan meningkat di seluruh dunia. Tanaman obat ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan manusia yang mencegah preventif (meningkatkan penyakit), promotif (meningkatkan kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan). Indonesia adalah negara kaya akan berbagai hayati. Sekitar 7000 spesies tumbuhan telah dikenal khasiatnya. Berdasarkan data tersebut, maka banyak peluang tumbuh-tumbuhan Indonesia yang mendukung sebagai hepatoprotektor.

Beberapa tanaman obat yang berfungsi sebagai hepatoprotektor antara lain adalah :
Kayu Manis ( Cinnamomum zeylanicum L.)
Daun legundi ( Vitex trifolia ), 
Gambir ( Uncaria gambir Roxb.)
Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza )
Kunyit ( Curcuma longa)

Tanaman ini mengandung antioksidan flavonoid. Antioksidan merupakan salah satu target dari perlindungan perlindungan hati. Kerusakan membran sel dan protein yang disebabkan oleh radikal bebas yang masuk dalam tubuh. Oleh karena itu, antioksidan diperlukan untuk mengubah radikal bebas menjadi komposisi yang tidak reaktif. Dosis masing-masing tanaman ini menjadi hepatoprotektor yaitu kayu manis 10 mg / Kg berat badan (BB), sedangkan daun legundi dan gambir dengan masing-masing dosis 30 mg / Kg BB.
Pada penelitian yang lain tanaman obat yang diusulkan sebagai hepatoprotektor adalah rimpang temulawak ( Curcuma xanthorrhiza) , rimpang kunyit ( Curcuma longa) , dan daun jombang ( Taraxacum officinale) . Ramuan ini telah melalui uji praklinik (uji coba pada hewan coba) dan uji klinik (uji coba pada manusia). Hasil uji praklinik membuktikan ramuan ini memberikan efek hepatoprotektif pada hewan coba termasuk penghambat kenaikan kadar Serum Glutamat Pyruvic Transaminase (SGPT),
Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT),
Malondialdehyde (MDA) dan Alkaline 
Phosphatase (ALP)
Yang semuanya merupakan enzim yang akan meningkat jika terjadi kerusakan pada hati.
Uji klinik ramuan yang terdiri dari rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan daun jombang dilakukan oleh Zuraida dkk pada tahun 2015. Penelitian ini melibatkan 188 subyek penderita penyakit hati. Dari penelitian tersebut diperoleh data tentang pemberian ramuan yang terdiri atas 28 gram rimpang temulawak, 6 gram rimpang kunyit dan 12 gram daun jombang yang memberikan manfaat sebagai hepatoprotektor yang dibuktikan dengan perbaikan klinis dan peningkatan kadar SGPT dan SGOT. Dari segi keamanan, ramuan ini terbukti aman dengan pemeriksaan darah dan fungsi ginjal.
Cara pembuatan ramuan ini adalah simplisia kering yang terdiri dari rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan daun jombang direbus dengan 4 gelas air (800 cc) sampai mendidih dan dibiarkan air rebusan tinggal 2 gelas (400 cc), disaring dan didinginkan kemudian diminum satu gelas pagi hari dan satu gelas untuk sore hari. Tempat merebus jamu dapat menggunakan kuali tanah, panci dengan bahan berlapis enamel, kaca, juga stainless.
Aktivitas hepatoprotektif ramuan rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan daun jombang ditentukan oleh komposisi dari tumbuhan penyusunnya yang didukung oleh sinergis yang disetujui dan diperbaiki fungsi hati. Dengan mengandung curcuminoid dan xanthorrhizol , Kunyit memiliki kandungan utama curcumin , sedangkan jombang mengandung seskuiterpen lakton yang semuanya memiliki kemampuan sebagai hepatoprotektor.  
Sumber  (http://info.medion.co.id).

Admin Sangat berterima kasih kepada teman-teman peternak yang mau singgah dan share posting ini 

Saung Ternak Mandiri 
Hanif Miftahul Huda
D/a : Jl. K Mustajib RT 001/002 Kel Kunir Kec Dempet Kab Demak Jawa Tengah 59573

Kontak Person


0 Comments:

Posting Komentar